Selasa 28 Jun 2022 17:05 WIB

Jokowi dan Pemimpin Dunia Akrab, KSP Yakin Presiden Damaikan Rusia-Ukraina

Misi utama Presiden Jokowi mendorong perdamaian Ukraina dan Rusia.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
 Kanselir Jerman Olaf Scholz, kiri, menyapa Presiden Indonesia Joko Widodo saat pertemuan di sela-sela KTT G7 di Castle Elmau di Kruen, dekat Garmisch-Partenkirchen, Jerman, pada Senin, 27 Juni 2022. Kelompok Tujuh kekuatan ekonomi terkemuka bertemu di Jerman untuk pertemuan tahunan mereka Minggu sampai Selasa.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber, Pool
Kanselir Jerman Olaf Scholz, kiri, menyapa Presiden Indonesia Joko Widodo saat pertemuan di sela-sela KTT G7 di Castle Elmau di Kruen, dekat Garmisch-Partenkirchen, Jerman, pada Senin, 27 Juni 2022. Kelompok Tujuh kekuatan ekonomi terkemuka bertemu di Jerman untuk pertemuan tahunan mereka Minggu sampai Selasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Siti Ruhaini Dzuhayatin mengatakan, keakraban Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan para pemimpin dunia KTT G7, merupakan gestur penerimaan yang tulus dan memiliki kekuatan 'kepercayaan' dari pemimpin negara-negara G7. Terutama dari Presiden AS Joe Biden sebagai simbol dari kubu Barat.

 

Baca Juga

“Tentu pertemuan yang bersahabat dan hangat tersebut memunculkan optimisme keberhasilan misi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia,” kata Ruhaini, dikutip dari siaran pers KSP, Selasa (28/6).

 

Ruhaini menegaskan, misi utama kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia, yakni mendorong dihentikannya perang dan kesediaan kedua negara untuk duduk bersama dalam perundingan damai. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak kemanusiaan terutama korban jiwa dan masalah pengungsian yang rumit, serta mengatasi ancaman krisis pangan dan energi yang diakibatkan perang. Terlebih, saat ini dunia belum sepenuhnya pulih dari krisis pandemi.

 

Ia menambahkan, kehadiran dan sambutan hangat pemimpin dunia terhadap Presiden Jokowi di KTT G7 akan memperkuat misi dan membuka jalan perundingan Rusia-Ukraina untuk mencapai perdamaian permanen.

 

Selain itu, lanjut dia, hal ini juga menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20. Sehingga KTT G20 pada November mendatang benar-benar menjadi upaya pulih bersama dan lebih kuat dari krisis pandemi dan krisis global yang mengikutinya.

 

“Presiden menjadikan Presidensi Indonesia pada G20 untuk mengoptimalkan modalitas dan peran Indonesia dalam  perdamaian dunia,” jelasnya.

 

Untuk itu, lanjut Ruhaini, sejak awal Presiden Jokowi menunjukkan komitmen kuat penghentian perang sesuai yang diamanatkan konstitusi, yakni turut serta menjaga perdamaian dunia dan menjaga legacy sebagai pemrakarsa Gerakan Non-Blok yang menyuarakan kemandirian, menentang apartheid, dan tidak berpihak pada pakta militer manapun.

 

“Ditambah lagi dengan modalitas politik luar negeri bebas aktif yang memungkinkan Indonesia bersahabat dengan negara manapun dalam menjaga ketertiban dunia, termasuk dengan Rusia dan Ukraina,” jelas Ruhaini.

 

Guru Besar HAM dan Gender UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga menilai, penerimaan Presiden Putin atas kunjungan Presiden Jokowi menunjukkan, bahwa Indonesia memainkan peran sebagai true friend yang tidak segan menegur sahabat demi suatu kebaikan yang lebih besar.

 

“Meski Indonesia pernah ikut menyatakan serangan militer Rusia ke Ukraina tidak dapat diterima, tapi Presiden Putin tetap menerima kunjungan Presiden Jokowi,” jelas Ruhaini.

 

Ia pun berharap misi Presiden dapat meredakan perang dan kedua negara dapat melanjutkan upaya perdamaian yang lebih permanen.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement