REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi pada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Prima Yosephine mengatakan status vaksinasi Covid-19 saat masuk dalam fase endemi masih didiskusikan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang belum mengeluarkan rekomendasi terkait hal itu.
"Terkait bagaimana status vaksinasi pada saat sudah masuk kita ke dalam fase endemi, apakah masuk menjadi vaksin rutin atau seperti apa, memang sampai saat ini kita masih berdiskusi tentang hal ini," kata Prima dalam rapat dengar pendapat dengan Panja Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Dia mengatakan hal itu perlu disampaikan kepada Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) sebagai komite penasihat ahli tentang imunisasi. Selain itu Prima menyebut juga bahwa WHO sampai saat ini belum mengeluarkan pernyataan atau rekomendasi terkait vaksinasi Covid-19 ketika sudah keluar dari status pandemi.
"Jadi masih belum bisa kami pastikan apakah ini akan menjadi vaksinasi rutin atau menjadi vaksinasi pilihan," tuturnya.
Prima memberi contoh vaksinasi pilihan, seperti vaksinasi influeza yang diberikan setiap tahun, tapi tidak masuk menjadi program vaksin yang wajib diberikan kepada masyarakat. Terkait penetapan vaksinasi tersebut memerlukan studi atau kajian yang menilai kadar imunitas setelah diberikan vaksinasi primer lengkap disertai penguat satu dosis.
Dalam kesempatan itu dia mengatakan laju vaksinasi Covid-19 memperlihatkan tren penurunan, dengan laju suntikan rata-rata selama tujuh hari terakhir berkisar sekitar 217 ribu suntikan per hari. Turunnya laju vaksinasi itu berimplikasi dengan masa edar atau shelf life dari vaksin Covid-19.
"Sudah tentu jika hal ini tidak bisa kita tingkatkan tentu akan berimplikasi beberapa vaksin kita, yang memang kita tahu vaksin Covid-19 ini masa shelf life-nya tidak panjang, sehingga memang pasti akan ada vaksin-vaksin yang menyentuh sampai ke masa akhir shelf life sehingga tidak bisa dipakai," kata Prima.