REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mudik menjelang Lebaran tahun ini menjadi ujian bagi Indonesia untuk dapat mengarahkan situasi pandemi Covid-19 menjadi endemi. Dalam acara Diskusi Dialektika Demokrasi bertema "Balada Booster dan Mudik Lebaran" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (7/4/2022), Nadia mengharapkan capaian program vaksinasi penguat atau dosis ketiga ditargetkan sebanyak 30 persen hingga akhir Mei 2022.
Dia menjelaskan, target tersebut sebenarnya tidak berhubungan dengan proses mudik. Namun, target yang disusun menjadi road map menuju ke arah endemi.
"Jadi kenapa tadi kami sampaikan mudik ini adalah salah satu ujian kita? Karena kalau kita mau menuju posisi yang kita sebut sebagai endemi, kita harus konsisten. Penularannya tetap rendah, angka positif tetap rendah, kasus juga lebih sedikit, kasus kematian juga rendah," ujarnya.
Nadia mengatakan, sejak ada relaksasi terkait pelaku perjalanan dalam negeri, sebelumnya memang sudah terjadi peningkatan jumlah pelaku perjalanan luar negeri, sedangkan mudik tahun ini menambahkan satu syarat lagi, yang tadinya jika sudah disuntik vaksin dua kali sebenarnya tidak memerlukan lagi tes PCR atau antigen. Saat ini, pelaku perjalanan yang telah divaksinasi tiga kali yang bebas tes PCR dan antigen.
"Kenapa? Karena tadi, jumlah mobilitas yang tinggi. Kenapa mobilitas yang tinggi? Karena kita tahu tadi, kecenderungan peningkatan kasus selalu terjadi pada mobilitas yang tinggi," ujar dia.
Hal yang dilakukan tersebut, katanya, seiring usaha menekan terus penularan Covid-19 pada rentang waktu tertentu, supaya situasi endemi dapat berkemungkinan terjadi setelah Ramadhan dan mudik, agar level penularandapat serendah mungkin, sehingga para pemudik hanya diberikan edukasi untuk melakukan vaksinasi penguat.
"Sebenarnya kan kemarin kita sudah bebas dosis kedua full, sudah tidak perlu PCR sama antigen, karena jumlah orang yang mobilitas itu kita lihat cukup dengan proteksi dua dosis. Tapi karena kita bayangkan 80 juta yang akan bermobilisasi, maka harus menaikkan proteksinya. Makanya vaksin penguat kami dorong ke depannya," ujar Nadia.