Selasa 29 Mar 2022 09:35 WIB

IKN Berisiko Kekeringan, KLHK: Lubang Tambang Bisa Simpan Cadangan Air

Air yang berada di lubang tambang IKN tidak bisa langsung dikonsumsi manusia

Rep: Febryan. A/ Red: Nur Aini
Penampakan lubang tambang batu bara di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, tepatnya di Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Foto: dok.Jatam Kaltim
Penampakan lubang tambang batu bara di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, tepatnya di Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui bahwa kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara berisiko mengalami kekeringan, sebagaimana tertera dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) proyek tersebut. Untuk mencegah kekeringan terjadi, pemerintah akan melakukan sejumlah upaya. 

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro mengatakan, salah satu cara mencegah kekeringan adalah menjadikan lubang bekas tambang sebagai tempat cadangan sumber air. Berdasarkan data KLHK, di IKN terdapat 2.415 lubang tambang dengan total luas bukaan 29 ribu hektare. Sebanyak 149 lubang di antaranya berukuran jumbo alias di atas dua hektare. 

Baca Juga

"Sebetulnya risiko kekeringan, ini (lubang tambang) kan bisa dijadikan tempat cadangan sumber air juga. Jadi sebetulnya ada konsep panen hujan, konsep menyimpan cadangan air di lubang-lubang itu," kata Sigit kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (28/3/2022). 

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya juga telah menyampaikan bahwa air di lubang-lubang bekas tambang itu berpotensi digunakan oleh masyarakat IKN nantinya. "Bekas tambang yang berair ini seharusnya bisa menjadi sumber air untuk IKN," ujar Siti dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Senin.

Namun demikian, kata Siti, rencana ini masih terkendala dengan rendahnya kadar pH air di lubang-lubang tambang itu, yakni 2,6 hingga 3. Untuk diketahui, air yang biasa dikonsumsi manusia memiliki kadar pH mendekati 7. 

"Kira-kira, pH 3,5 itu sama dengan air jeruk nipis. Ini (air di lubang tambang) lebih asam lagi dari jeruk nipis. Hal ini terus diidentifikasi oleh kementerian," ujarnya.

Bendungan dan Sponge City 

Sigit menambahkan, berdasarkan hasil KLHS, ketersediaan air tanah di kawasan IKN memang "kurang". Tapi, air permukaannya tidak kekurangan. "Makanya akan dibuat bendungan untuk memasok air ke sana," ujarnya. 

Sekarang, kata dia, pemerintah sudah membangun Bendungan Semoi di Kabupaten Penajam Pasar Utara, yang akan digunakan untuk memasok kebutuhan air IKN. Ke depan, pemerintah akan membangun dua atau tiga bendungan lagi untuk mencukupi kebutuhan air di ibu kota baru tersebut. 

Selain itu, kata Sigit, pemerintah juga akan meningkatkan ketahanan cadangan air tanah di IKN. Oleh karena itu, IKN menerapkan konsep sponge city (kota spons). 

Baca juga : Irjen Rikwanto Senang Markas Polda Kalsel di Banjarbaru Mulai Dibangun

"Jadi IKN itu menyerap air. Jadi standar pembangunan IKN itu akan banyak dibuat biopori dan lain-lain. Supaya air hujan tidak langsung jadi air larian, tapi diserap untuk menambah ketahanan air di daerah itu," ujarnya. 

Sebagai informasi, kawasan IKN dengan luas 256.142 hektare itu berlokasi di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Pemerintah sudah mulai membangun sejumlah infrastruktur jalan di sana. Berdasarkan perhitungan Bappenas, megaproyek ini bakal menelan biaya Rp 466,9 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement