Sabtu 22 Jan 2022 21:19 WIB

BPIP: Salam Pancasila Bukan Pengganti Assalamualaikum

Yudi menilai Salam Pancasila hanya merupakan bentuk Salam Kebangsaan.

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi,
Foto: BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi,

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan bahwa Salam Pancasila yang sempat menjadi pro dan kontra di masyarakat bukan dimaksudkan sebagai pengganti salam keagamaan. Salam ini, kata ia, merupakan bentuk salam kebangsaan.

"Salam Pancasila merupakan bentuk jalan tengah kebangsaan yang terbebas dari dampak teologis. Salam Pancasila tidak dimaksudkan sebagai pengganti salam keagamaan," kata Yudian dalam keterangan pers yang diterima di Yogyakarta, Sabtu.

Baca Juga

Hal tersebut disampaikan Yudian saat menghadiri acara bedah buku karya Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Khoirul Anam yang berjudul "Salam Pancasila: Sebagai Salam Kebangsaan, Memahami Pemikiran Kepala BPIP RI," di kampus tersebut.

Dalam buku yang diterbitkan Penerbit Suka Pers UIN Suka Yogyakarta itu, Yudian menjelaskan beberapa hal sensitif secara keagamaan, di antaranya Salam Pancasila bukan untuk mengganti salam umat Islam, yaitu 'Assalamualaikum', melainkan  merupakan salam dalam hubungan kemanusiaan.

"Jika kita menyapa pemeluk agama lain dengan salam agama kita, maka itu membebani mereka. Demikian pula mengucapkan salam 'Om Swastiastu', kita dituduh masuk Hindu," katanya.

Yudian mengingatkan Salam Pancasila adalah salam yang menjembatani dan menjadi titik temu bagi rakyat tanpa melihat latar belakang apa pun. Pengucapannya di ranah publik servis bertujuan agar bangsa Indonesia tetap bersatu, tidak pecah, dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

"Salam Pancasila adalah perbuatan adat yang jika diniati ibadah akan mendapatkan pahala," katanya.

Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Phil Al Makin mengatakan bahwa Yudian Wahyudi memiliki penafsiran yang baik tentang agama dan kebangsaan sehingga pihaknya yakin Salam Pancasila sebagai Salam Kebangsaan sudah melalui laku spiritual Kepala BPIP untuk bangsa Indonesia.

Sementara itu, penulis buku, Khoirul Anam mengatakan bahwa buku ini adalah klarifikasi dari Kepala BPIP dalam pertarungan wacana Islam fundamentalis dengan ideologi Pancasila sebagai ideologi yang dianggap paling luhur.

"Saya tidak masuk ke ranah politik karena yang menyatakan kontra berada di sisi oposisi. Buku ini tidak bisa menghadirkan analisa mendalam soal itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement