REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Survei yang dilakukan Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKopi) menemukan pergeseran kriteria calon presiden (capres). Responden lebih memilih kriteria capres cerdas dibanding dekat dengan rakyat.
Dalam rilis hasil survei yang dikirimkan Direktur Eksekutif KedaiKopi, Kunto Adi Wibowo disebutkan bahwa jika responden disodori dengan capres yang cerdas, maka sebanyak 98,4 persen responen akan memilih. Angka ini lebih besar dibanding kriteria visioner (98 persen), merkayat (97,9 persen), tegas 97,2 persen), berwibawa (96,7persen), berpengalaman (96,5 persen), sederhana (95,1 persen)), tenang (94,8 persen), militer (94,8 persen), dan keibuan (77,7 persen).
Angka di atas muncul dari pertanyaan: “Dari skala 1-10 (1=sangat tidak ingin saya pilih s.d. 10=sangat ingin saya pilih), seberapa ingin Anda memilih calon Presiden berikut :Semakin besar angka yang Anda pilih, semakin Anda ingin memilih calon Presiden tersebut.Nilai 1 s.d. 5 berarti Anda tidak ingin memilih calon tersebut.Nilai 6 s.d. 10 berarti Anda ingin memilih calon tersebut”.
Namun jika pertanyaan diajukan terbuka “Presiden seperti apa yang Anda inginkan? ”, maka responden menjawab: Merakyat (26,6 persen), tegas (20,3 persen), Jujur (14,2 persen), pintar/cerdas (9,5 persen).
Survei ini dilakukan pada 16-24 November 2021, dengan 1.200 responden, yang berusia 17-65 tahun, tersebar di semua provinsi. Survei dilakukan dengan wawancara face to face, dengan sampling error kurang lebih 2,83 persen.
Temuan lain adalah responden dalam memilih di pilpres adalah lebih pada figur pasangan capres-cawapres dibanding partai pengusung. Responden yang memilih faktor pasangan capres-cawapres 89,7 persen, sedang faktor parpol pengusng hanya 10,3 persen.
Dalam memilih di Pilpres 2024 nanti, responden ternyata tidak hanya melihat faktir capresnya saja. Dalam survei terungkap bahwa repondan akan memilih berdasar pasangan capres-cawapres sebanyak 54,5 persen. Sementara yang faktir capres saja (43,4 persen) dan cawapres saja (2,1 persen).
Meski banyak hal baru yang ditemukan, ada juga hal-hal yang masih belum berubah. Seperti terkait dengan capres non-muslim. Dalam survei ini responden masih menginginkan capres muslim. Tercatat yang tidak ingin memilih capres non-muslim 79,7 persen. Sedang yang ingin emilih capres muslim hanya 20,3 persen.
Adapun alasan mereka yang tidak ingin memilih non muslim karena alasan mayoritas masyarakat Indonesia muslim 41,9 persen, anjuran agama (41,4 persen), tidak suka dipimpin nonmuslim (2,8 persen), agar tidak menimbulkan masalah (2,1 persen). Alasan lainnya di bawah 2 persen.