Jumat 08 Oct 2021 14:19 WIB

'Saling Menjaga', SDF Gelar Hari Penglihatan Se-Dunia 

WSD juga akan diwarnai dengan SDF BriCane (Brilliant Cane) Awards 3.

Maknai Hari Penglihatan Sedunia/World Sight Day (WSD) 2021, Syamsi Dhuha Foundation (SDF), LSM nirlaba peduli Low vision mengadakan serangkaian kegiatan.
Foto: Istimewa
Maknai Hari Penglihatan Sedunia/World Sight Day (WSD) 2021, Syamsi Dhuha Foundation (SDF), LSM nirlaba peduli Low vision mengadakan serangkaian kegiatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Maknai Hari Penglihatan Sedunia/World Sight Day (WSD) 2021, Syamsi Dhuha Foundation (SDF), LSM nirlaba peduli Low vision mengadakan serangkaian kegiatan. Kegiatan ini juga dengan mengajak masyarakat untuk saling menjaga imunitas, protokol kesehatan (Prokes) dan bersedia di vaksin, termasuk para Difabel Netra (DN) yang perlu difasilitasi pula agar tetap bisa produktif di tengah pandemi tahun kedua ini. 

Rangkaian kegiatan WSD telah dimulai 2 Oktober lalu dengan hadirkan virtual event ‘Belajar jadi pasangan’ kolaborasi SDF - Blind Moms dengan berbagi pengalaman atasi kendala keterbatasan penglihatan dalam kehidupan berkeluarga. Besok Sabtu (9/10), WSD juga akan diwarnai dengan SDF BriCane (Brilliant Cane) Awards 3 yang akan memberikan tongkat tuna netra kekinian BriCane kepada 5 DN dari berbagai daerah. Selain itu, ada peluncuran single terbaru The Lulo ‘Never Give Up’ and edukasi dari Dr dr Antonia Kartika, SpM(K) MKes yang mengupas tentang ‘How to Take Care Your Eyes During Pandemic’. Selama bulan Oktober, SDF juga akan salurkan bantuan tunai bagi DN yg terdampak & paket Prokes, lomba foto ‘Difabel Netra Sadar Prokes', pelatihan wirausaha and market day.  

"Adanya pandemi haruskan kita adaptasi kebiasaan baru, antara lain peningkatan penggunaan alat-alat digital karena bekerja/belajar dari rumah yang bisa akibatkan ‘Digital Eye Strain’ (DES)," ujar Tika sapaan Antonia Kartika.    

 

photo
Maknai Hari Penglihatan Sedunia/World Sight Day (WSD) 2021, Syamsi Dhuha Foundation (SDF), LSM nirlaba peduli Low vision mengadakan serangkaian kegiatan. - (Istimewa)

 

Terkait hal tersebut, Tika memaparkan, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya DES antara lain postur duduk, jarak ke komputer, sudut penglihatan, pencahayaan buruk, resolusi/kontras buruk, ‘glare’ dari display komputer. "Lamanya kita berada di depan komputer dapat mengakibatkan mata kering, merah, mengganjal, rasa terbakar karena frekuensi berkedip berkurang, meningkatnya permukaan bola mata terekspos,z' ujarnya. 

Selain itu, otot-otot mata berkerja lebih berat karena fokus untuk melihat jarak yang relatif dekat dalam waktu lama, mengikuti aturan 20-20-20, setiap 20 menit istirahat 20 detik alihkan pandangan sejauh 20 kaki (6 m) untuk memberi kesempatan mata kita beristirahat, perlu dijaga jangan sampai mata menjadi kering, jika perlu dibantu dengan air mata buatan. 

"Harus diperhatikan pula penempatan layar, posisi duduk dan sudut penglihatan terhadap layar komputer tuk cegah kram/nyeri otot leher, bahu, punggung,” ujarnya. 

Lebih lanjut Tika menyampaikan, penularan Covid-19 melalui mata secara langsung belum ada kasusnya. Kemungkinan penularan melalui mata dapat terjadi jika tangan kita terkontaminasi, bersentuhan/terkena droplet yg ada virus, belum mencuci tangan kemudian mengusap wajah/mata. 

Juga, penularan melalui airmata sangat kecil karena tidak ada reseptor/’rumah’ yang cocok untuk virus Covid-19. Dari penelitian yang pernah dilakukan terhadap pasien covid, air matanya tidak mengandung virus meskipun cairan dari hidung dan tenggorokan mengandung banyak virus. "Yang penting tetap ikuti prokes, jaga imun dam segera divaksin,” ujarnya. 

Meski pertambahan kasus Covid-19 sudah menurun, kata Tika, tapi tetap tak boleh lengah karena di negara-negara lain ada yang justru sedang tinggi. "Prokes tetap harus dijalankan dan kita terus berupaya tuk mengubah pendemi menjadi endemi," ujarnya. 

Sementara itu, SDF bersinergi dengan Yayasan Ganesha ITB 83 (G83) menjalankan gerakan sosial INSAP (Indonesia Sadar Prokes) dalam bentuk edukasi, sosialisasi dan pendampingan sosial untuk bangun kesadaran masyarakat Indonesia. Berupaya untuk tanamkan nilai INSAP: Peduli  diri & orang lain, Disiplin itu kebutuhan, Keselamatan itu prioritas, Kesehatan itu tak ternilai, Kesadaran itu pilihan Terbaik (PDKT).

Para DN harus belajar dari kasus yg terpapar C19 saat tidak batasi mobilitas, tidak hindari kerumunan dan abaikan Prokes dengan tak disiplin pakai masker, tetap makan bersama dan tidak jaga jarak. 

"Seringkali karena beranggapan kerabat dan teman dekat itu aman, menjadi abai dan akhirnya terpapar. SDF juga mengajak para DN untuk tidak mager, rutin berjemur dan tetap berolahraga, seperti senam INSAP yang juga diperagakan di pembukaan acara WSD kali ini,” ungkap Dian Syarief, Ketua SDF yg juga penyandang Low Vision dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id.

Dalam SDF BriCane Awards 3, kali ini diberikan kepada DN dari berbagai daerah yang walau miliki keterbatasan penglihatan, namun tetap bermobilitas untuk diri maupun orang lain. Yakni, Rachman Hadi, Motivator Pendidikan - Jember, Jatim; Sabinus Ngadu, Ketua Pertuni - Manggarai, NTT; Hamzah Yamin, Ketua ITMI Sulsel - Gowa, Sulsel; Made Wikan Dana, Riset Analis - Tabanan, Bali dan Nani Aturina, Terapis - Banyumas, Jateng. 

"BriCane - tongkat tunanetra kekinian yang dilengkapi dengan aplikasi, sensor untuk deteksi halangan, tombol darurat untuk dapat melokalisir keberadaan DN yang disorientasi/tersesat dan ujung tongkat yg kokoh untuk bertumpu, akan sangat menunjang mobilitas mereka,” ujar Laila Panchasari, Manajer SDF. Selain itu SDF juga masih akan adakan pelatihan wirausaha dan market day di bulan Oktober ini.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement