Jumat 30 Oct 2020 10:04 WIB

SDF Luncurkan BriCane, Tongkat Difabel Netra Kekinian

Unsur kebaruan BriCane adalah tongkat dilengkapi dengan aplikasi. 

Ketua SDF Dian Syarief
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ketua SDF Dian Syarief

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Maknai Hari Penglihatan Sedunia/World Sight Day (WSD) 2020, Syamsi Dhuha Foundation (SDF), LSM nirlaba peduli Low vision (Lovi), besok (Sabtu, 31/10), akan luncurkan BriCane (Brilliant Cane), tongkat kekinian difabel netra (DN). Peluncuran ini merupakan rangkaian akhir dari kegiatan SDF di Oktober - bulan peduli penglihatan, yang usung tema ‘Creativity creates opportunity’.  

Dikatakan Ketua SDF yang juga penyandang Low vision Dian Syarief, proses pengembangan BriCane berawal dari salah satu pemenang Lomba Desain Alat Bantu DN yang diadakan SDF di 2017 lalu. Kata dia, tim pengembang SDF yang terdiri dari Hardtmann Mekatroniske, sekelompok anak muda alumni ITB pengembang alat kesehatan didukung pula oleh tim relawan dari Prodi Desain Produk & Biomedika ITB, telah melakukan serangkaian uji coba beraneka jenis tongkat dan perangkat serta beberapa kali perubahan dengan pertimbangkan pula hasil uji coba dan masukan para pengguna DN hingga sampai ke tahap yang sekarang ini. 

Unsur kebaruan BriCane adalah tongkat dilengkapi dengan aplikasi yang memungkinkan melacak keberadaan DN saat disorientasi/kehilangan arah atau tersesat, sensor penghalang yang keluarkan bunyi & getar juga dilengkapi ujung tongkat yang bentuknya memudahkan pergerakan dan tetap dapat digunakan tuk bertumpu saat naik/turun tangga serta saat di tanjakan/turunan. 

"Tongkat sejenis sudah ada di luar negeri, dengan kisaran harga sekitar Rp 9 juta. Hadirnya BriCane jadi alternatif bagi DN untuk peroleh harga lebih murah 60 - 70 persen dari tongkat impor," tutur Dian Syarief Ketua SDF yang juga penyandang Low vision dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Jumat (30/10).

Terdapat 43 juta totally blind (TB) dan 295 juta Lovi di dunia menurut The International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB), sebagian besar berada di negara berkembang. Sedangkan di Indonesia ada 3,7 juta TB dan 10,8 juta Lovi. Vision 2020: The Right to Sight, gerakan yang dicanangkan WHO & IAPB tahun 1999 untuk mencegah kebutaan yang penyebabnya dapat dihindari telah berdampak besar bagi kesehatan mata secara global terutama bangkitkan kesadaran akan pentingnya penglihatan, perhatian yang lebih besar terhadap akses tuk dapatkan pemeriksaan mata bagi siapapun.

“Masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk bantu mereka agar tetap bisa beraktivitas dan produktif, antara lain pengadaan alat bantu, pelatihan ketrampilan dan deteksi dini masalah penglihatan yang dapat cegah kerusakan lebih parah. Diharapkan Low Vision Center SDF dapat fasilitasi penyandang DN untuk berinteraksi, berkreasi dan sebagai penghubung dengan berbagai lembaga/institusi lainnya”, ungkap Laila Panchasari - Manajer SDF.

Sementara pendiri SDF Eko Pratomo menambahkan,  lebih mudah mendapat barang import, karena tinggal transfer, maka barangpun datang. "Tapi apakah memang kita tak bisa membuat sendiri alat bantu yang dibutuhkan ini?," katanya.

Hal inilah yang membuat SDF terus hidupkan semangat berkreasi, berinovasi dan membangun kemandirian khususnya dikalangan anak muda. Tak mudah patah, tak mudah menyerah agar kita tak menjadi bangsa yg miskin ide dan terus berinovasi. Mampu lihat dan tangkap peluang dari celah sempit serta mampu siasati kesulitan yang ada. 

"BriCane pun menjadi pilihan karena selain karya anak bangsa juga aspek TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang termuat di dalamnya,” ujarnya. 

Acara peluncuran BriCane secara daring ini hadirkan pula Bambang Basuki, Pendiri/Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra, yang fokuskan programnya pada upaya tingkatkan kualitas dan partisipasi DN di bidang pendidikan dan lapangan kerja. 

Mitra Netra telah raih banyak penghargaan dari dalam maupun luar negeri, antara lain Google, Ogilvy dan Kemenparekraf RI sebagai Pahlawan Inovasi Indonesia atas kepeloporannya dalam gunakan internet untuk kepentingan Pendidikan DN. Juga Hendra JP, musisi & arranger DN yang manfaatkan teknologi dalam bermusik. 

Acara diwarnai pula lagu tematik semangati para peserta yang dibawakan Lovi Kasyfi Kalyasyena yg tengah bersekolah musik di Belanda, the Lulo – kelompok musik SDF & DN Nenden Shintawati – vokalis & pencipta lagu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement