Rabu 22 Sep 2021 08:19 WIB

Peran Pustakawan Tingkatkan Eksistensi Perpustakaan

Munculnya perpustakaan digital sebagai bentuk eksistensi dari perpustakaan

Peran perpustakaan sebagai pusat informasi sampai dengan saat ini, dirasa masih relevan di tengah derasnya arus teknologi digital.
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Peran perpustakaan sebagai pusat informasi sampai dengan saat ini, dirasa masih relevan di tengah derasnya arus teknologi digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran perpustakaan sebagai pusat informasi sampai dengan saat ini, dirasa masih relevan di tengah derasnya arus teknologi digital. Perpustakaan pun mulai berbenah dan beradaptasi menghadapi perubahan zaman.

Munculnya perpustakaan digital sebagai bentuk eksistensi dari perpustakaan, agar tetap menjadi sumber referensi bagi para pencari informasi. Berangkat dari hal tersebut yang mendorong Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) melalui bagian perpustakaan, menyelenggarakan webinar bertajuk ‘Pentingnya Kolaborasi dan Inovasi dalam Peningkatan Potensi Perpustakaan’, Rabu (15/9) lalu.

Baca Juga

Webinar ini menghadirkan ketua FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) Jawa Tengah, sekaligus kepala perpustakaan IAIN Salatiga Dr Wiji Suwarno K, perwakilan Kominfo Sedi Priagusman, dan ketua program studi (Prodi) Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) Universitas BSI, Ahmad Setiadi.

Sedi Priagusman, dari Kominfo mengatakan bahwa, peran pustakawan saat ini harus menerapkan pengelolaan perpustakaan berbasis digital, terutama pada pengolahan dokumen-dokumen digital.

“Untuk itulah perlunya kolaborasi dan inovasi untuk perpustakaan di era digital library dan literasi digital. Pemerintah melalui Kominfo, menghadirkan literasidigital.id sebagai media untuk menumbuhkan minat literasi digital pada masyarakat,” ujar Sedi, Rabu.

Sementara itu, Dr Wiji menggarisbawahi bahwa, inovasi ini merupakan pengembangan dan implementasi ide-ide baru yang terlibat dalam transaksi dengan orang lain dalam tatanan kelembagaan. Hal ini berfokus pada empat faktor dasar seperti ide baru, orang, transaksi, dan konteks kelembagaan.

“Terdapat empat poin utama mengapa kita harus berinovasi. Pertama mengimplementasikan ide, kedua menjaga ritme pekerjaan, ketiga menghindari kejenuhan bekerja, dan yang keempat melangsungkan eksitensi organisasi,” tutur Wiji.

Disisi lain, Ahmad Setiadi mengajak peserta webinar untuk melihat transformasi perpustakaan kovensional dan perpustakaan digital yang akan datang. “Perpustakaan harus mampu menampung peluang baru dengan menambah nilai perpustakaan itu sendiri. Mampu mengikuti arus perkembangan, ekspansi, dan inovasi sehingga menarik untuk dikunjungi,” tukas Setiadi.

Ia mengatakan, seorang pustakawan itu dituntut untuk dapat berpikir inovatif, kreatif serta cerdas. Sebab pustakawan merupakan manajer informasi dan pengetahuan 'the thinking search engine' dalam memberikan layanan terbaik kepada pemustaka.

Rektor Universitas BSI, Dr Mochamad Wahyudi, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mencari bentuk kolaborasi diantara pustakawan-pustakawan yang tersebar di daerah-daerah, sehingga mampu menciptakan inovasi baru.

“Pentingnya peran pustakawan dalam kolaborasi, terkait dengan pihak yang dapat meningkatkan eksistensi perpustakaan. Selain bisa membuat inovasi baru, diharapkan pustakawan dapat melakukan perannya sebagaimana dengan fungsi perpustakaan perguruan tinggi,” tandas Wahyudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement