REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Partai Amanat Nasional (PAN) dinilai kekuatannya di posisi sebagai partai tengah. Dalam posisi itu, jika ada suara pemilih hilang, maka akan diganti oleh pemilih yang baru.
Ketua Dewan Pakar PAN, Dradjad Wibowo menyebut banyaknya kesalahan atas survei perolehan suara PAN, disebabkan lembaga-lembaga survei merendahkan posisi PAN sebagai “partai tengah”.
"Tidak terlalu ke kiri, tidak terlalu ke kanan. Tidak terlalu ke depan, tidak terlalu ke belakang,” kata Dradjad, Rabu (1/9).
Faktanya, jelas Dradjad, di AS, Inggris dan berbagai negara demokrasi maju lain, posisi tengah ini memberi keuntungan elektoral tersendiri. Antara lain, pemilih lama yang hilang karena satu hal biasanya terganti oleh pemilih yang baru. Ini antara lain ikut menjelaskan resiliensi PAN selama lima kali pemilu era reformasi.
Dradjad mencontohkan dari posisi tengah ini adalah apa yang disampaikan Ketum PAN Zulkifli Hasan bahwa PAN menjadi jembatan. Dijelaskannya, harus diakui bahwa saat ini, masih ada jarak yang jauh antara Presiden Jokowi dan jajarannya dengan sebagian ulama dan tokoh Islam.
“Nah Bang Zul melihat PAN bisa menjembatani jarak atau kesenjangan itu. Peranan itu sudah dijalankan dan insyaa Allah hasilnya bagus,” kata ekonom senior Indef ini.
Keakraban dan hubungan emosional PAN dengan para ulama dan tokoh tersebut semakin erat, lanjut dia, memberikan keuntungan elektoral bagi PAN.