Senin 23 Aug 2021 17:35 WIB

Keadilan Distribusi Vaksin Jabar yang Kalah Jauh dari DKI

Distribusi vaksin untuk Jabar belum capai separuh sasaran herd immunity.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbincang dengan warga yang mengikuti vaksinasi massal di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/8/2021). Presiden Joko Widodo menargetkan jumlah penerima vaksin COVID-19 hingga akhir Agustus 2021 di Indonesia mencapai 100 juta guna membentuk kekebalan kelompok sehingga pandemi COVID-19 segera berakhir.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbincang dengan warga yang mengikuti vaksinasi massal di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/8/2021). Presiden Joko Widodo menargetkan jumlah penerima vaksin COVID-19 hingga akhir Agustus 2021 di Indonesia mencapai 100 juta guna membentuk kekebalan kelompok sehingga pandemi COVID-19 segera berakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arie Lukihardianti, Bayu Adji P, Shabrina Zakaria, Antara

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengeluhkan stok vaksin Covid-19 di Jabar. Dengan penduduk 50 juta jiwa, Jabar saat ini baru menerima 13 juta dosis. Padahal Jabar membutuhkan sekitar 37,9 juta sasaran vaksinasi untuk mengejar target herd immunity.

Baca Juga

Ridwan Kamil, atau akrab disapa Emil, mengatakan alokasi vaksin untuk Jabar sangat jauh berbeda dibandingkan bagi Provinsi DKI Jakarta. DKI yang disebut Emil berpenduduk seperlima Jabar namun mendapatkan jatah vaksin hingga 15 juta dosis.

"Jadi hal-hal seperti ini yang kami sampaikan. Kami tidak minta yang macam-macam, kami minta keadilan secara proporsional. Kalau penduduknya banyak, tolong vaksin yang dikasihnya banyak,” kata Emil, saat meninjau pelaksanaan Gerakan Vaksinasi Covid-19 Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Republik Indonesia di Sentra Vaksinasi Masjid Al-Jabbar, Kota Bandung, Senin (23/8).  

Ia mengatakan, penyuntikan vaksin Covid-19 di Jabar sudah mencapai 200 ribu dosis per hari. “Kemudian juga vaksinasi sebagai benteng setelah kita melewati kedaruratan, saya laporkan, Jawa Barat per hari ini sudah lewat 200 ribu dosis per hari. Itu tertinggi se-Indonesia,” ujarnya.

Emil pun menitipkan pesan kepada Wantannas RI untuk mengusulkan kepada Presiden terkait kebutuhan vaksin Covid-19 di Jabar. Menurut Emil, pihaknya terus berupaya mempercepat penyuntikan vaksin Covid-19 hingga 400 ribu-500 ribu dosis per hari. Hal itu dilakukan untuk mengejar kekebalan kelompok atau herd immunity pada akhir 2021.

“Harapan kami, kita bisa naik minimal 450.000 dosis per hari supaya Desember selesai sesuai arahan presiden. Dengan catatan, suplai vaksinnya harus banyak dan memadai," katanya.

Emil mengatakan, Jabar memiliki strategi yang cepat dan tepat sasaran secara proporsional dalam menyuntikkan vaksin sesuai kebutuhan. “Karena kami punya cara menghabiskan dengan cepat, vaksinasi tadi terbukti hari ini penyuntikan tertinggi ada di Jawa Barat di atas 200 ribu dosis per hari,” katanya.

Sekretaris Jenderal Wantannas RI Laksdya TNI Harjo Susmoro mengatakan, Gerakan Vaksinasi Covid-19 Wantannas RI digelar untuk mempercepat sekaligus mengejar kekebalan kelompok pada Desember 2021. “Dari capaian, rencana pemerintah 80 persen Desember semua tervaksinasi. Sampai dengan hari ini baru 27 persen. Jadi kita effort-nya cukup besar. Jabar secara persentase masih 27 persen, tapi kami tahu bahwa effort pemerintah daerah sudah luar biasa,” imbuhnya.

Menurut Harjo, pihaknya akan menyampaikan beberapa permasalahan di lapangan. Salah satunya terkait dinamika suplai vaksin di Jabar.

Keluhan Emil soal distribusi vaksin yang terbatas terjadi di sejumlah daerah di Jabar. Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, padahal masyarakat antusias untuk divaksinasi. "Masyarakat Garut kecewa, dan kami juga kecewa, karena vaksin yang diberikan pemerintah pusat itu sangat terbatas," kata Rudy.

 

Ia menyebutkan, saat ini masyarakat Kabupaten Garut sedang semangat-semangatnya menjalani vaksinasi. Ia mencontohkan, sentra vaksinasi yang digelar di Pendopo Kabupaten Garut selalu diserbu oleh masyarakat yang ingin menjalani vaksinasi.

 

Rudy menambahkan, vaksinasi yang dilakukan di puskesmas-puskesmas juga selalu dihadiri banyak masyarakat. "Misalnya kita melakukan vaksinasi dengan bawa 100 vaksin, yang datang itu 150 orang. Yang 50 orang lainnya yang tak bisa divaksin kan jadi kecewa," kata dia.

 

Rudy juga sebenarnya ingin melakukan vaksinasi di objek wisata, yang menyasar para pelaku usaha. Namun, apabila stok vaksin masih terbatas, rencana itu sulit direalisasikan.

 

Saat ini stok vaksin yang tersisa di Kabupaten Garut adalah 15.450 dosis Sinovac, 4.013 Sinopharm, 11.060 Moderna, dan 5.000 dosis vaksin dari TNI. Stok vaksin itu diperkirakan habis tak sampai sepekan.

 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut hingga Ahad (22/8), sebanyak 277.434 orang di Kabupaten Garut sudah menjalani vaksinasi dosis pertama. Sementara untuk vaksinasi dosis kedua baru menyasar 118.444 orang. Sementara sasaran total masyarakat yang harus divaksin di Kabupaten Garut berjumlah 1,9 juta jiwa.

Dari Kota Bogor, dilaporkan Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno merasa kesulitan harus terus menerus meminta tambahan dosis vaksin ke Kementerian Kesehatan. “Vaksinnya setiap hari harus minta ke Kemenkes. Saya harus kejar-kejar, harus minta terus,” kata Retno, Senin (23/8).

Pemkot Bogor mendapatkan jatah vaksin Sinovac, Astrazeneca, Moderna untuk booster ke-tiga tenaga kesehatan, dan yang paling terbaru diterima yakni Pfizer. Berdasarkan data yang ada pada Dinkes Kota Bogor, capaian vaksinasi di Kota Bogor sudah mencapai 53,37 persen. Dari total 819.444 sasaran, 437.374 di antaranya sudah disuntik vaksin.

Di tengah antusias masyarakat yang tinggi, Retno mengaku juga harus menambah tenaga sumber daya manusia lagi. Baik pada vaksinator, maupun bagian yang memasukkan data penerima vaksin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement