Jumat 20 Aug 2021 18:49 WIB

Moeldoko Bakal Jerat Peneliti ICW dengan Pasal ITE

Pengacara Moeldoko mengaku pihaknya tak puas dengan jawaban somasi dari ICW.

Otto Hasibuan.
Foto: Dok
Otto Hasibuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, mengancam akan mengadukan peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Egi Primayogha dengan pencemaran nama baik sebagaimana diatur dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Moeldoko melayangkan somasi ketiga untuk peneliti ICW terkait dugaan rente dari peredaran Ivermectin dan ekspor beras.

"Saya melihat di sini pasal yang paling tepat adalah mungkin Pasal 27 dan Pasal 45 UU ITE," kata penasihat hukum Moeldoko, Otto Hasibuan, konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (20/8).

Baca Juga

Moeldoko melalui Otto Hasibuan melayangkan tiga somasi kepada peneliti ICW Egi Primayogha. yaitu pada tanggal 30 Juli 2021, 6 Agustus 2021 dan 20 Agustus 2021. Dalam somasi ketiga, Otto meminta agar peneliti Egi Primayogha memberikan bukti-bukti dari mengenai pernyataan soal Moeldoko mengambil rente dari peredaran Ivermectin serta menggunakan jabatannya untuk melakukan ekspor beras.

"Ada kabar bohong, ada kabar yang tidak benar disampaikan melalui elektronik karena itu disampaikan melalui websitemereka, disampaikan dalam diskusi virtual melalui YouTube, harus pasal UU ITE jadinya," ujar Otto.

Otto menyebut, aduannya itu akan ditujukan kepada peneliti ICW Egi Primayogha secara pribadi. "ICW ini kan bukan lembaga hukum, saya lihat, ya, di sana pun adanya koordinator, bukan direktur karena itu yang kami laporkan itu pasti adalah saudara Egi dan satu lagi yang menulis itu, saya lupa namanya. Jadi, itu yang kami laporkan karena perbuatan pidana oleh Egi tidak bisa dipindahkan kepada orang lain, siapa yang berbuat, ya, dia harus kena," tegasnya.

Otto menyebut pihaknya memang sudah menerima jawaban dua somasi sebelumnya. Akan tetapi,pihaknya tidak puas dengan jawaban yang disampaikan ICW.

"Setelah kami somasi, mereka mengatakan ini bukan fitnah, melainkan misinformasi jadi sesungguhnya kalau mereka misinformasi sepatutnya meralat, mencabut berita Pak Moeldoko karena pertanyaan semula melakukan ekspor beras sudah merugikan Pak Moeldoko," tegasnya mengatakan. 

"Nama baik sudah telanjur tercemar, tidak bisa entengnya misinformasi lalu selesai," ucapnya.

Otto mengungkapkan bila ICW hanya menduga perbuatan Moeldoko, tidak sepantasnya disampaikan ke publik. Karena dugaan itu hanya di dalam hati, menurut Otto, tidak boleh dilontarkan karena mereka bukan pers, melainkan organisasi biasa yang tidak boleh melakukan perbuatan seperti itu.

"Jadi, dengan tegas saya sampaikan kami menemukan mens rea yaitu niat untuk melakukan pencemaran nama baik, terbukti mereka menyebut melakukan misinformasi berarti kan sudah mengaku salah tetapi tidak mencabut dan tidak mau minta maaf," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement