Kamis 19 Aug 2021 21:08 WIB

Kemendikbudristek Gagas Buku Peluang Karier Industri Film

Buku Peluang Karier Industri Film jadi rujukan dunia pendidikan dan pelaku perfilman

Mendikbudristek, Nadiem Makarim.Nadiem Anwar Makarim, pada webinar peluncuran dan bedah buku “Peluang Karier Industri Film Indonesia”  mengatakan, salah satu upaya yang telah diinisiasi oleh insan perfilman di tengah kecamuk pandemi ini penting sebagai rujukan bagi para pelaku perfilman nasional.
Foto:

Peran Strategis Film sebagai Media Pendidikan

Menteri Nadiem pada kesempatan ini menyampaikan bahwa film berperan strategis sebagai media pembelajaran alternatif bagi masyarakat terutama di masa pandemi Covid-19. Ia menyebut, bahwa di tengah pandemi Covid-19, justru inovasi, kreativitas, dan semangat juang para insan perfilman tidak padam. Melainkan, mereka terus berkontribusi positif melahirkan berbagai karya film di tengah segala keterbatasan dalam produksi. 

"Kata kuncinya adalah adaptasi. Adaptasi atau penyesuaian diri pada situasi bukanlah sebuah pilihan, akan tetapi keharusan bagi dunia perfilman kita," tuturnya memberi solusi terhadap tantangan yang dihadapi dewasa ini. 

Menteri Nadiem mengakui, menjawab tantangan itu bukanlah perkara mudah. Namun, diyakininya, segala tantangan yang ada saat ini bukan mustahil dapat terjawab di hari-hari mendatang. “Ke depannya saya berharap kolaborasi (antar pemangku kebijakan film) melahirkan lebih banyak insiatif yang memerdekakan pelaku perfilman nasional untuk belajar dan berkarya,” tuturnya. 

Sementara itu, Dirjen Hilmar menjabarkan, peran film memiliki nilai strategis terkait dengan pendidikan yang berkualitas dan upaya pemajuan kebudayaan. “Oleh sebab itu, kalau di kita ada pengembangan literasi film media yang membekali siswa dan orang tua menghadapi gelombang screen culture di mana mereka terekspos berbagai macam media, orang tua kewalahan memlih mana (informasi) yang benar dan yang tidak,” jelas Dirjen Hilmar. 

Dirjen Hilmar menambahkan, terdapat program pemanfaatan film sebagai bahan ajar di sekolah. Efeknya, saat ini masyarakat menonton film tidak hanya sekadar hiburan melainkan juga ada misi pendidikan (yang ingin disampaikan).

Ia juga menyoroti kondisi para pekerja film di masa pandemi. Dikatakannya bahwa perlindungan terhadap seluruh pekerja film dan kebudayaan semakin krusial saat terjadi penurunan produksi film. Perlu waktu yang relatif lama untuk bangkit kembali. “Direktorat PTLK saat ini sedang memetakan siapa aja yang terdampak,” ungkapnya.

Menyambung hal itu, ia menekankan pula pentingnya kolaborasi dan menjadi tugas bagi semua pemangku kepentingan film dan kebudayaan untuk membangun ekosistem bersama. “Perjalanan kita masih panjang ini perlu gotong royong semua elemen sehingga kita berharap ada banyak pencerahan untuk menata langkah kita yang lebih baik ke depannya,” imbuhnya. 

 

Kemendikbudristek melalui Ditjen Kebudayaan berfokus pada penguatan SDM, selain itu melalui Indonesiana Film ada yang berfokus pada aspek produksi, kerja sama dengan komisi daerah juga dilakukan berkolaborasi dengan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. “Semua pemangku kepentingan kebudayaan ini harus dipertemukan," pungkas Dirjen Hilmar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement