Sabtu 07 Aug 2021 10:03 WIB

Dokter Indonesia dan AS Saling Adu Argumen di Twitter

@dr_koko28 dan @FaheemYounus memiliki pendapat berbeda dalam menangani pasien Covid.

Sejumlah pasien positif Covid-19 berjemur sambil berolahraga di halaman Graha Wisata TMII, Jakarta Timur, Kamis (5/8).
Foto: Prayogi/Republika.
Sejumlah pasien positif Covid-19 berjemur sambil berolahraga di halaman Graha Wisata TMII, Jakarta Timur, Kamis (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID,AKARTA -- Dokter asal Indonesia dan Amerika Serikat (AS) terlibat twitwar akibat berbeda pendapat terkait penanganan Covid-19. Di lini masa, keduanya saling memiliki cara pandang berbeda dalam menangani pasien Covid-19. Adalah dokter spesialis penyakit dalam Andi Khomeini Takdir dan dokter spesialis penyakit menular asal Maryland, AS, Faheem Younus yang terlibat 'pertengkaran'.

Pangkal masalahnya bermula ketika dokter Koko, panggilan akrabnya, me-mention dokter Faheem. Dokter Koko mengaku, memiliki cara tersendiri dalam menangani pasien Covid-19 agar bisa lekas sembuh.

"Dr @FaheemYounus ternyata pernah ngetwit susu, vitamin, ivermectin dan plasma tak ada peran dalam terapi Covid-19. Baru melintas di time line pagi ini. Saya beda gak apa-apa ya. Pasien-pasien ku beri susu dan vitamin D, zinc dan probiotik, saya termasuk periset ivermectin dan plasma. Sel punca juga," ujarnya lewat akun Twitter, @dr_koko28 pada Kamis (5/8) WIB.

Sontak saja, dokter Faheem membalas argumen lain dengan mengunggah tangkapan layar pernyataan dokter Koko. “Orang bebas memilih antara pendapat Anda versus bukti ilmiah yang dipraktikkan di rumah sakit terbaik dunia dan didukung WHO, dan CDC,” ujarnya lewat akun @FaheemYounus pada Jumat (6/8) WIB. CDC yang dimaksud adalah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Ternyata adu argumen itu tidak berhenti sampai di situ. Pada Sabtu (6/8) WIB, dokter Faheem membuat status terbaru mengomentari penanganan Covid-19 di Indonesia.

"Indonesia Leads in Covid Deaths 3,5 persen of global population, 16,5 persen of global Covid deaths. Solution: Please follow proven science, not personal opinions. (Indonesia memimpin kasus kematian 3,5 persen dari populasi global, 16,5 persen kematian global akibat Covid. Solusi: Silakan ikuti sains yang terbukti, bukan pendapat pribadi),” ujar Faheem lewat akun Twitter-nya.

Dia pun menekankan, tidak perlu lagi debat karena sudah ada bukti penelitian. Faheem juga mencantumkan pernyataannya berdasarkan sumber tautan Reuters. "Tidak ada gunanya membuang waktu dalam perdebatan ketika ilmunya jelas dan rumah terbakar," ujarnya.

Argumen yang disampaikan dokter Faheem itu ternyata diteruskan ke dokter Koko oleh wargnet. Alhasil, dokter Koko ikut berkomentar di bawah status dokter Faheem.

“Sains mana yang tidak kita ikuti untuk anjurkan di sini? Masker? Ya. Jaga jarak? Ya. Cuci tangan? Ya. Buka jendela? Ya. Berjemur? Ya. Makan makanan bergizi? Ya. Hindari asap rokok? Ya. Vaksin? Ya. Bahkan-imho-dengan segala hormat, kita lebih dulu dari mereka. Sains yang mana?” kata dokter Koko membalas lewat reply status dokter Faheem.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement