REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan kasus Covid-19 di Tanah Air sedang dalam kondisi naik. Situasi tersebut diperberat dengan ditemukannya varian baru B1617.2 atau varian delta asal India.
Akademisi dan Praktisi Klinis FKUI-RSCM, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengatakan varian Delta harus diwaspadai karena potensinya yang lebih berat dibanding virus corona yang sudah lebih dulu merebak sejak 2019. "Barusan lihat di website Gisaid untuk update kasus mutasi ternyata dalam empat minggu terakhir terjadi peningkatan 51,4 persen dari varian Delta dari India di Indonesia," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (14/6).
Ia mengungkapkan gejala pasien yang sakit karena virus varian Delta lebih berat dari virus sebelumnya. Virus Delta meningkatkan risiko terjadinya hilang pendengaran, nyeri ulu hati dan mual, pasien perlu rawat di rumah sakit, memerlukan suplementasi oksigen dan menimbulkan berbagai komplikasi.
Selain itu, kemampuan menginfeksi lebih mudah dan cepat. "Jika kita berada dalam satu ruangan dengan orang tersebut dan orang tersebut bersin atau berbicara maka virus akan lebih cepat berpindah ke orang lain jadi tetap protokol kesehatan ketat," paparnya.
Karena itu, dia mengingatkan untuk memperketat protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi.
"Saat ini berbagai virus mutan yang penyebarannya sangat cepat sudah ada disekitar kita. Pencegahannya adalah tetap melakukan vaksinasi dan pelaksanaan 5 M. Semoga kita terhindar dari varian baru Delta yang berbahaya ini," ujarnya.