Kamis 01 Apr 2021 13:36 WIB

ZA Sering Sulit Dikontak Keluarga Sendiri

ZA diketahui sering mengganti nomor HP hingga sulit dihubungi.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Suasana rumah wanita yang tewas ditembak di Mabes Polri di Gang Taqwa, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/3). Jenazah wanita yang diduga terkait insiden penembakan di Mabes Polri dengan inisial ZA tersebut kini sudah berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati sekitar pukul 19.10 WIB.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana rumah wanita yang tewas ditembak di Mabes Polri di Gang Taqwa, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/3). Jenazah wanita yang diduga terkait insiden penembakan di Mabes Polri dengan inisial ZA tersebut kini sudah berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati sekitar pukul 19.10 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan berinisial ZA (25 tahun), terduga pelaku teror di Mabes Polri ditembak mati oleh aparat karena menggunakan senjata api, Rabu (31/3) sore. Sebelum aksi penyerangan itu, ZA diketahui kerap gonta-ganti nomor handphone (HP).

Ketua RT tempat tinggal ZA di Ciracas Jakarta Timur, Kasdi, mengatakan, selama ini ZA selalu gonta-ganti nomor HP sehingga sulit dihubungi keluarganya. Hal itu diketahui Kasdi berdasarkan penuturan keluarga ZA. "Nomor HP pelaku ini gonta-ganti. Ketika kakaknya bertanya nomor HP, (dia bilang) nggak ada. Keluarga ngelacak nomor HP pelaku ini tidak pernah ketemu," kata Kasdi kepada wartawan di kediamannya, Kamis (1/4).

Baca Juga

Sedangkan ZA, lanjut Kasdi, bisa mengontak saudaranya. Namun, setelah itu dia kembali mengganti nomor HP. "Kalau pelaku ngontak saudaranya bisa. Almarhumah ini nomor HP-nya gonta-ganti," ucapnya.

Kasdi menambahkan, ZA adalah sosok yang tertutup dan pendiam. "Keluarganya sendiri saja jarang ngobrol sama pelaku itu. Tertutup deh," kata Kasdi kepada wartawan, Kamis (1/4).

Kasdi mengaku, dirinya saja sangat jarang melihat ZA. Padahal rumahnya dengan kediaman ZA hanya berjarak sekitar 100 meter. Orang tua ZA diketahui juga sudah menetap di sana sejak 40 tahun silam.

Menurut Kasdi, bukan hanya dirinya yang jarang melihat ZA, tapi juga tetangganya yang lain. "Kita para tetangga juga tidak pernah melihat dia main-main keluar rumah dengan tetangga. Sudah mengucilkan diri saja di dalam rumah," kata dia.

Kasdi mengatakan, ZA yang merupakan anak bungsu dari enam bersaudara itu memang terlihat pendiam sejak SMP. Sosok ZA lebih banyak berdiam diri di kamarnya. Kesehariannya, ZA hanya membantu-bantu membersihkan rumah. Dia juga tidak pernah didatangi temannya ke rumah.

"Kayaknya dia tidak punya teman kalau saya bilang. Orang dia tidak pernah mencari teman," ungkap Kasdi.

ZA amat berkebalikan dengan lima saudaranya dan orang tuanya yang aktif bersosialisasi dengan masyarakat. Ibu dari ZA, lanjut Kasdi, aktif di Posyandu. Sedangkan bapaknya sering ke mushola dan ngobrol dengan warga. Begitu pula kakak-kakak ZA yang dikenal terbuka dan mau bersosialisasi.

"Ayah ibunya aktif. Anaknya (ZA) doang yang diam di kamar aja. Kalau keluar itu paling sampai teras, berapa menit, balik lagi ke kamar," ujar Kasdi.

Bahkan, lanjut Kasdi, ZA tak pernah terlibat acara perayaan 17 Agustus di wilayah setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement