REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen (Purn) Benny Mamoto meminta adanya evaluasi untuk sistem keamanan di Mabes Polri, Jakarta. Tujuannya, agar kasus penyerangan seperti yang dilakukan oleh perempuan berinisial ZA tak terulang.
"Evaluasi mulai dari personel yang bertugas pada saat peristiwa terjadi, maupun evaluasi terhadap bekerjanya alat deteksi," ujar Benny dalam sebuah diskusi daring, Ahad (4/4).
Selain itu, ia menilai perlu adanya polisi wanita (polwan) yang bertugas di bagian pemeriksaan. Agar mereka dapat memeriksa pengunjung perempuan yang mendatangi Mabes Polri.
"Diperlukan penggeledahan dan pemeriksaan, baik melakukan alat deteksi maupun secara fisik langsung pakai tangan. Itu harus dilakukan oleh petugas wanita atau polwan, ini kami lihat tidak ada," ujar Benny.
Meski begitu, ia menilai sistem keamanan yang ada di Mabes Polri sudah sesuai standar yang ada. Namun pada kasus penyerang terakhir, Polri dinilai kecolongan.
"Pengamanan secara fisik itu standarnya sudah bagus, baik peralatannya, alat deteksi segala macam sudah semua. Tetapi semua itu akan kembali pada personel yang bertugas," ujar Benny.
Baca juga : Pakar: Keputusan Polisi Tembak Penyerang Mabes Polri Tepat
Sebelumnya, perempuan berinisial ZA itu menerobos masuk ke Markas Polri dan menodongkan senjata ke polisi di sana pada Rabu (31/3) sore. Ia ditembak mati oleh aparat.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, ZA adalah lone wolf. Lone wolf merujuk pada kajian keamanan dan terorisme global sebagai pelaku teror yang bergerak sendiri.
"Dari hasil profilling terhadap yang bersangkutan, maka yang bersangkutan adalah pelaku lone wolf berideologi radikal ISIS yang dibuktikan dengan postingan yang bersangkutan di media sosial," kata Listyo