REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) blak-blakan mengenai alasannya memprioritaskan pembangunan infrastruktur sejak awal kepemimpinannya sebagai kepala negara. Ia mengaku, tidak sedikit pihak yang mempertanyakan keputusannya untuk fokus terhadap pembangunan infrastruktur.
"Banyak yang bertanya kepada saya mengapa infrastruktur menjadi fokus dalam pembangunan sekarang ini. Perlu saya sampaikan bahwa infrastruktur itu bukan hanya fisiknya, melainkan banyak hal yang akan muncul dan berkembang karena dibangunnya infrastruktur," kata Presiden Jokowi saat meresmikan terminal penumpang di Bandara Kuabang, Halmahera Utara, Rabu (24/3).
Membangun infrastruktur, menurut Jokowi, sama saja dengan membangun peradaban manusia. Poin inilah yang menurutnya kerap dilupakan banyak orang.
"Bayangkan, misalnya, dulu sebelum ada jalan. Dari Halmahera Utara ke Sofifi, kita harus jalan kaki. Sekarang, setelah jalan ada berarti bisa naik bus bisa naik sepeda motor, bisa naik mobil. Membangun peradaban baru," kata Jokowi.
Keberadaan infrastruktur juga disebut Jokowi membangun sebuah pola hidup baru yang lebih baik. Dengan adanya bandara, misalnya, mengenalkan masyarakat dengan tenggat waktu. Calon penumpang diharuskan tepat waktu agar tidak tertinggal pesawat.
"Dan, misalnya, sekarang ada bandara. Artinya apa, kita harus disiplin tepat waktu karena datang ke bandara untuk terbang ke kota lain. Dan, waktunya sudah ditentukan, kalau tidak ditinggal pesawat. Itu juga membangun kedisiplinan baru, membangun peradaban," ujar presiden.
Alasan kedua, menurut Presiden, pembangunan infrastruktur sekaligus membangun daya saing antardaerah, bahkan antarnegara. Artinya, pembangunan yang terjadi tidak melulu fisik saja, tetapi juga mendorong manusia di sebuah negara untuk terus mencari solusi atas setiap tantangan hidup masyarakat.
Sementara, alasan ketiga, pembangunan infrastruktur dilakukan demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jokowi mengaku kerap mendapat pesan dari masyarakat agar pembangunan tidak hanya dilakukan di Jawa saja. Ia sadar, masyarakat di wilayah timur Indonesia pun memiliki hak yang sama untuk merasakan pembangunan.
"Banyak yang saya dengar, Pak, jalannya yang dibangun jangan hanya yang di Jawa saja. Airport-nya bandaranya juga jangan di Jawa dan Sumatra saja. Kami di bagian timur juga memiliki hak yang sama untuk memiliki airport, memiliki jalan yang baik dan keinginan itu betul," katanya.
Sementara, alasan keempat, pembangunan infrastruktur bertujuan menyatukan seluruh masyarakat. Dengan adanya infrastruktur, terutama transportasi, masyarakat dari berbagai daerah bisa terhubung dengan mudah.
"Sehingga, kita bersatu dari Halmahera Utara bisa terbang ke Jakarta, Aceh, juga bisa terbang ke timur ke Papua," katanya.