REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Gerindra Arief Poyuono mengungkapkan, adanya wacana soal kemungkinan tiga periode masa jabatan presiden untuk Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, hal tersebut ditandai dengan dilibatkannya putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dan menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution, pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020 lalu.
"Tapi, memang kalau saya melihat ke arah sana untuk tiga periode itu sebenarnya ada wacana ke sana. Test on the water-nya itu sudah terjadi itu di pilkada mantu dan anaknya bagaimana seluruh partai itu bisa mendukung anaknya dan mantunya, hanya ditinggalkan dua (partai) sebagai syarat," kata Arief dalam sebuah diskusi daring, Kamis (11/3).
Menurut dia, peluang Jokowi untuk merasakan masa jabatan presiden menjadi tiga periode sangat terbuka. Sebab, ia menambahkan, hampir seluruh partai politik kini berada dalam kekuasaan Jokowi.
"Semua alatnya Jokowi itu ada untuk melakukan, mengubah menjadi tiga periode. Baik di media sosialnya, pasukan media sosialnya, parpolnya sudah ada di parlemen," tuturnya.
Namun, menurut dia, hal tersebut kembali lagi pada Jokowi. Sebab, ia meragukan Jokowi bisa menjabat sebagai presiden hingga 2024.
"Saya enggak tahu pemerintahan Pak Jokowi bisa sampai 2024, saya enggak tahu. Ketika kabinet terbentuk, saya katakan lebih dulu dari siapa itu peramal perempuan itu, saya katakan bahwa Indonesia ini masuk zaman kegelapan dua tahun lamanya. Artinya, kalau memang ini terjadi, artinya Jokowi nggak akan sampai 2024, kalau dia tidak mengerti jalannya dalam kegelapan, jalannya yang kita hadapi bersama-sama hari ini, artinya dia tidak sampai 2024," ucapnya.
Eks wakil ketua umum Partai Gerindra itu menyerahkan kembali keputusan untuk mengubah masa jabatan presiden kepada Jokowi. Namun, ia meyakini Jokowi tidak akan setuju terkait wacana tersebut.
"Saya yakin seyakin-yakinnya, Jokowi tidak akan mau untuk tiga periode. Karena, dua periode ini saja dia belum tentu melewati dengan sukses," ujarnya menerangkan.
"Jadi, menurut saya, pada akhirnya ini bergantung pada seorang Jokowi apakah dia emang kesengsem untuk tiga periode atau tidak karena semua alatnya, semua medianya, Jokowi bisa melakukan untuk mengubah masa jabatan presiden yang terpilih sebagai presiden menjadi tiga kali," ungkapnya.
Pada akhir 2019 lalu, Jokowi pernah bersuara terkait wacana penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Menurut Jokowi, wacana tersebut dimunculkan karena ada pihak yang ingin menjerumuskannya hingga mencari muka kepadanya.
Kendati demikian, ia enggan menyebut lebih detail siapa pihak yang ingin menjerumuskan dengan wacana penambahan masa jabatan presiden itu.
"Kalau ada yang usulkan itu, ada tiga menurut saya. Satu ingin menampar muka saya, ingin cari muka, menjerumuskan. Itu saja," ujar Jokowi saat berbincang dengan awak media Istana, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/12).
Jokowi menyampaikan, amendemen UUD 1945 hanya diperlukan untuk urusan haluan negara. Namun, wacana yang muncul saat ini justru sebaliknya.
"Gini ya, sejak awal sudah saya sampaikan, saya ini produk pemilihan langsung sehingga waktu ada keinginan amendemen apa jawaban saya? Apa enggak bisa amendemen itu hanya dibatasi untuk urusan haluan negara. Sekarang kenyataannya begitu kan, presiden dipilih MPR, presiden tiga periode," kata dia menjelaskan.