Kamis 11 Mar 2021 06:17 WIB

Ini Mengapa Vaksin Nusantara Belum Masuk Konsorsium

Menristek mengaku baru mendengar soal Vaksin Nusantara.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Indira Rezkisari
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Rapat tersebut membahas tentang dukungan pemerintah terhadap pengembangan vaksin Merah Putih dan vaksin Nusantara.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Rapat tersebut membahas tentang dukungan pemerintah terhadap pengembangan vaksin Merah Putih dan vaksin Nusantara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro, mengungkap alasan belum masuknya vaksin sel dendritik atau Vaksin Nusantara dalam konsorsium riset dan inovasi Covid-19. Ia mengatakan, vaksin tersebut disebutnya belum terlihat.

"Kita sudah berusaha jemput bola, tapi bola yang dijemput tidak kelihatan. Sehingga kami terus terang belum berani memasukkan itu di dalam konsorsium, apalagi kalau sudah bicara pemanfaatan anggaran," ujar Bambang, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR, Rabu (10/3).

Baca Juga

Ia menceritakan, pihaknya mendengar bahwa mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tengah mengembangkan vaksin untuk Covid-19 pada 2020. Infonya, vaksin dikembangkan bersama Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Bambang sendiri mengaku, baru mendengar adanya Vaksin Nusantara sekira seminggu yang lalu. "Namun informasi (pada 2020) tidak kami dapatkan sama sekali, sehingga masih dalam gelap kita mendengar Balitbangkes bikin vaksin," ujar Bambang.

Namun, ia menjelaskan segala pembiayaan riset dan fasilitas peralatan penelitian vaksin akan disokong oleh Kemenristek/BRIN. Jika hasil penelitian selesai dan masuk tahapan uji klinis, maka seluruh pembiayaan akan dialihkan kepada Kemenkes.

"Sejak Agustus ada Kepres 18, Kemenkes, Menkes, ada di situ. Idenya adalah semua vaksin yang dikembangkan dalam negeri itu akan didorong," ujar Bambang.

Diketahui, mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengungkapkan alasannya menginisiasi pembuatan Vaksin Nusantara untuk Covid-19. Vaksin yang menggunakan sel dendritik ini disebut sudah ia kembangkan sejak 2015 di RSPAD Gatot Subroto.

"Sejak 2015 saya sudah mengembangkan proses sel dendritik vaksin di Cell cure center RSPAD Gatot Subroto, sehingga ini terus berkembang," ujar Terawan dalam rapat dengar pendapat dengan  Komisi IX DPR, Rabu (10/3).

Ketika pandemi Covid-19 mulai menyerang Indonesia, pihaknya kemudian mengembangkan vaksin untuk virus tersebut menggunakan sel dendritik. Terawan juga menyebut, pihaknya juga sudah mendapatkan uji binatang terhadap vaksin dendritik.

"Melalui pihak ketiga di Amerika Serikat yang membuat mantap kami untuk ikut peran serta untuk mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis dendritik," ujar Terawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement