Kamis 25 Feb 2021 20:05 WIB

Menggotong Tiang, Beri Terang ke Puncak Pugag

Blok Pugag terletak di puncak bukit dengan ketinggian 1.500 meter dpl.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Blok Pugag, Dusun Kujangsari, Desa Kutawaringin, Kecamatan Selajambe, Kabupaten Kuningan.
Foto:

Motivasi yang diberikan Eno berhasil menggerakkan hati warga Dusun Kujangsari. Mereka bersedia membantu. Tercatat ada sekitar 144 warga, yang bersedia membantu menggotong tiang listrik.

"Kalau tidak dibantu orang satu dusun, mustahil tiang listrik bisa sampai ke Pugag," tutur Eno.

Sebanyak 144 warga itu lantas dibagi menjadi enam kelompok. Satu kelompok terdiri dari 24 orang. Mereka harus menggotong tiang listrik dari tempat tumpukannya di Dusun Kujangsari, hingga ke lubang yang telah ditetapkan PLN.

Jarak dari tempat tumpukan tiang hingga ke lubang pertama mencapai sekitar satu kilometer. Selanjutnya, jarak antara lubang yang satu dengan lubang yang lainnya berbeda-beda.

Setiap kelompok pun berlomba. Pada hari yang ditentukan, kelompok yang datang paling awal berhak memperoleh lubang yang paling dekat. Sedangkan kelompok warga Pugag, diminta untuk menggotong tiang ke titik yang terjauh sampai di Pugag.

Setiap kelompok bisa kebagian menggotong dua sampai tiga tiang. "Untuk menggotong satu tiang, butuh waktu tiga sampai empat jam karena berat dan medannya menanjak. Dalam perjalanannya, mereka beristirahat puluhan kali karena kecapaian," kata Eno.

Meski demikian, warga tetap bersemangat. Aktivitas pengangkutan tiang yang dimulai pukul 08.00 WIB, bisa selesai pukul 02.00 WIB di hari selanjutnya. Jadi butuh waktu sekitar 18 jam hingga akhirnya semua tiang listrik bisa mencapai lubang tempat pemasangannya.

Tiang yang sudah terpasang itu selanjutnya membentangkan kabel dari satu bukit ke bukit lainnya, melewati lembah di bawahnya. Dari tiang dan kabel itulah listrik sampai ke Pugag pada 2013.

"Dengan listrik PLN, Pugag jadi terang benderang," tukas Eno.

Salah seorang warga Pugag, Rasadi, mengaku, bersyukur kampungnya kini sudah teraliri listrik PLN. Suasana di kampungnya tak lagi gelap gulita di malam hari. "Sekarang tinggal klik, lampu langsung menyala," kata Rasadi.

Menurut Rasadi, dengan aliran listrik PLN, anak-anak di Pugag bisa belajar di malam hari. Warga pun bisa menonton televisi. Karenanya, meski tinggal di puncak bukit yang terpencil, warga tetap bisa mengetahui perkembangan informasi di dunia luar.

"Segala keperluan yang berhubungan dengan listrik juga jadi mudah, seperti menanak nasi pakai rice cooker dan meng-charge handphone," tutur Rasadi.

Kepala Desa Kutawaringin, Udin Rukadi, mengungkapkan, sikap gotong royong warga telah berhasil mewujudkan mimpi warga Pugag untuk memperoleh aliran listrik. "(Pugag) posisinya susah, di atas," ucap Udin.

Udin mengatakan, desa yang dipimpinnya, yang terdiri dari tiga dusun, seluruhnya kini sudah teraliri listrik PLN. Kehidupan warganya yang berjumlah 2.600 jiwa sangat terbantu dengan adanya aliran listrik tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement