Selasa 19 Jan 2021 09:53 WIB

KNKT Berhasil Unduh Data FDR Pesawat Sriwijaya Air

Saat ini, tim SA masih mencari satu bagian kotak hitam, yakni CVR.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ratna Puspita
Kotak hitam (black box) bagian flight data recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Kotak hitam (black box) bagian flight data recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memastikan sudah berhasil mengunduh flight data recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC. Pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu setelah hilang kontak pada 9 Januari 2021. 

"Kami sudah mengunduh data FDR dan kami sampaikan data FDR sudah bisa kami dapatkan," kata Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo di Jakarta, Selasa (19/1). 

Baca Juga

Dia mengatakan, data yang sudah berhasil diunduh dari FDR tersebut total sebanyak 370 parameter. Durasi data penerbangan yang didapatkan sebanyak 27 jam. 

"27 jam ini atau 18 penerbangan termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan," tutur Nurcahyo. 

Saat ini, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan tim gabungan masih melakukan operasi SAR. Selain mencari korban, Basarnas dan tim gabungan juga masih mencari satu bagian kotak hitam lagi, yakni cockpit voice recorder (CVR). 

Sebelumnya, Basarnas sudah menetapkan rencana operasi SAR jatuhnya pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC yang dilakukan hari ini. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito mengatakan operasi SAR di area pencarian bawah laut oleh tim penyelam juga telah dipersempit. 

“Pencarian difokuskan pada posisi koordinat jatuhnya pesawat,” kata Bagus di Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Senin (18/1). 

Dia menjelaskan, tim selam dibagi menjadi empat sektor area dan masing-masing luas areanya 15 meter persegi dengan kedalaman air 16,4 meter. Sektor 1 oleh Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair), sekotir 2 oleh Detasemen Jalamangkara (Denjaka) dan Pengintaian Amfibi (Taifib), sektor 3 oleh Basarnas Special Froup (BSG), Polisi, Bea Cukai, Bakamla, Possi, Indonesia Diver Rescue Team (IDRT) dan Potensi SAR lainnya, dan Sektor 4 oleh Kopaska (Komando Pasukan Katak). 

“Mereka melakukan penyelaman untuk mencari human body remains, material pesawat, dan memori Cockpit Voice Recorder (CVR) pada point-point yang telah diberi marking ROV,” kata Bagus.

Terkait pencarian memori CVR, Bagus mengatakan, saat ini tim penyelam masih melakukan pencarian secara manual atau konvensional. Bagus menuturkan, kondisi bawah laut banyak terdapat serpihan pesawat dan berlumpur dan arus bawah air.

“Para penyelam cukup kesulitan dan membutuhkan waktu relatif lama. Ya, karena dua pinger atau underwater locator beacon (ULB) CVR tersebut sudah terlepas dan telah ditemukan bersamaan dengan penemuan Flight Data Recorder (FDR). Sementara temuan terakhir tim penyelam merupakan casing atau bungkus CVR,” kata Bagus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement