Selasa 12 Jan 2021 17:45 WIB

Mengejar 50 Juta Dosis Vaksin Pfizer

Vaksin Pfizer setidaknya sudah disetujui lebih dari 50 negara di dunia.

 Seorang perawat memegang botol vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer.
Foto: AP/Francisco Seco/Pool AP
Seorang perawat memegang botol vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Kamran Dikarma, Umi Nur Fadhilah

Vaksin Pfizer selama ini dipandang sebagai vaksin yang paling ideal. Persepsi tersebut bisa jadi muncul karena vaksin Covid-19 produksi Pfizer dan BioNTech memiliki hasil efikasi yang paling tinggi, yaitu 95 persen. Vaksin Pfizer juga merupakan salah satu vaksin yang secara awal disuntikkan secara terbuka ke publik, yakni di Inggris.

Baca Juga

Indonesia juga menjadikan vaksin Covid-19 produksi Pfizer-BioNTech sebagai salah satu vaksin yang akan diberikan ke masyarakat. Direktur Umum PT Bio Farma (Persero), Honesti Basyir, mengungkapkan, sampai saat ini, vaksin Pfizer masih dalam proses finalisasi.

Ia mengatakan, pihak Pfizer menginginkan adanya persetujuan tertentu antara Pfizer global dengan Pemerintah Indonesia. "Ada beberapa klausa yang mereka minta diberikan semacam kebebasan atau dilepaskan klaim tuntutan hukum kalau seandainya ada masalah pada saat diberikan program vaksinasi," kata Honesti dalam rapat kerja dengan Komisi IX di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (12/1).

Menanggapi itu, Honesti mengatakan, sampai saat ini klausa tersebut masih dikomunikasikan dengan pemerintah. "Kita masih diskusikan sehingga kita tidak dapat cek kosong saja, bagaimana klausal ini kita negosiasikan dengan Pfizer BioNTech," ujarnya.

Pemerintah menegaskan, terus berupaya memenuhi kebutuhan dosis vaksin untuk seluruh masyarakat Indonesia. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini, pemerintah tengah melakukan finalisasi pembelian 50 juta dosis vaksin Pfizer.

"Kita sedang melakukan finalisasi dengan Pfizer untuk melengkapi kontrak yang pasti 329 juta dosis," kata Budi.

Angka kontrak pasti sebanyak 329 juta dosis tersebut merupakan total dari hasil kerja sama dari sejumlah produsen vaksin yang sudah diteken sebelumnya, seperti Sinovac sebanyak 125,504 juta juta dosis, Pfizer 50 juta dosis, Astra Zeneca 50 juta dosis, dan Novavax 50 juta dosis.

Selain itu, ada juga dari Covax/Gavi sebanyak 54 juta dosis vaksin. Sehingga, total dosis vaksin yang sudah kontrak pasti sebesar 329,504 juta dosis vaksin.

Di sisi lain, kebutuhan vaksin Indonesia untuk 181 juta orang sebesar 426,8 juta dosis. Artinya, jumlah yang telah disepakati dengan perusahaan farmasi masih kurang dari ketersediaan dosis vaksin saat ini.

Namun, Budi mengatakan, masih ada potensi pengadaan vaksin Covid-19 untuk menutupi kekurangan dosis tersebut. Budi menuturkan, sampai saat ini, pemerintah masih terus melakukan komunikasi dengan pihak Covax/Gavi agar jumlah dosis vaksin yang diterima Indonesia bertambah.

"Angka dari Covax/Gavi angka sekarang adalah 54 juta, sampai dua hari lalu kita masih bicara dengan mereka dan ada kemungkinan mereka bisa menaikkan sampai 108 juta," ujarnya.

Ia menyebut, jika dihitung berdasarkan kontrak dan opsi yang ada maka Indonesia berpotensi mendapatkan 663 juta dosis vaksin. "Sehingga total yang kontrak dan opsi yang sudah ada di meja sekarang, yaitu sekitar 663 juta, sedikit lebih dari yang dibutuhkan seluruh masyarakat Indonesia," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement