Senin 11 Jan 2021 10:59 WIB

PDI Perjuangan Belajarlah pada India, Korsel dan Yugoslavia?

Selamat ulang tahun PDI Perjuangan

Suasana kemeriahan masa di kampanye PDI Perjuangan.
Foto:

Konsep Berkepribadian Soekarno di Era Masa Kini

Pada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla hari ini telah jelas menggaungkan kembali konsep Tri Sakti Bung Karno. Konsep ini ingin Indonesia menjadi sebuah bangsa merdeka dan berdaulat. Yakni, berdaulat dalam bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan.

Dan untuk mewujudkan konsep ini Bung Karno jelas mensyaratkkan penguasaan ilmu pengetahuan modern dan mengerti sejarah kebudayaan Indonesia.

Namun, segala konsep yang bagus itu belum kunjung terwujud sampai sekarang. Bahkan terasa menjauh. Penguasaan teknologi belum tampak. Bahkan anak-anak Indonesia yang pintar lebih memilih bekerja di luar negeri.

Berbagai proyek penguasaan teknologi dari pembuatan pesawat terbang mandeg. Bahkan kemampuan membuat vaksin di masa kolonial yang sempat menghasilkan Hadiah Nobel terkait soal penyakit biri-biri kini tak jelas. Anak bangsa kini tak kunjung bisa membuat vaksin. Teknologi dan industri kesehatan ini tetap dikuasai bangsa asing.

Dalam bidang kebudayaan, kesenian generasi Indonesia masa kini dikuasai drama dan musik Korea. Penetrasi sudah sampai ke kamar pribadi rakyat di rumah melalui televisi. Atau juga melalui jaringan internet yang bisa dikonsumsi dalam genggaman tangan melalui 'hand phone'. 

Memang ada budaya baru pada bidang kesenian Indonesia masa kini. Misalnya dahulu ada musik yang khas Indonesia merdeka yakni dangdut, sekarang hadir bentuk baru musik campur sari. Tapi sayang syair lagunya cenderung memakai bahasa Jawa sebagai bahasa suku mayoritas Indonesia.

Akibatnya, ide Sumpah Pemuda 1928 yakni menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia seolah terlupakan. Padahal kecenderungan ini terlihat hanya sekedar ekpresi kaum kapitalis yang menguasai industri hiburan dan televisi dengan melihat besarnya potensi ekonomi dari rakyat yang sebagian besar berpenutur bahasa Jawa. Demografi ini makin jelas karena 60 persen penduduk luar Jawa Indonesia masa kini adalah beretnis Jawa.

Begitu juga dalam kemandirian soal pangan. Hampir semuanya kini kebutuhan bangsa dicukupi dengan impor. Produksi beras yang bisa swasembada di tahun 1980-an, kini harus dicuku[i dengan mendatangkannya dari luar negeri. Celakanya lahan sawah subur di Jawa yang sudah eksis sejak zaman Majapahit, perlahan tapi pasti terus menyusut. Sementara percetakan sawah baru masih jauh dari maksimal.

Begitu juga dengan komoditi garam dan ikan asin. Bahkan yang terakhir kedelai yang bikin heboh, juga merupakan komoditi impor. Beban rakyat jelas yang keseharian mengkonsumsi tempe dan tahu makin terhimpit, apalagi kini datang badai krisis kesehatan dan krisis ekonomi sekaligus. Rakyat hidup semakin ketakutan.

Memang seperti dikatakan Bung Karno untuk mengatasi itu semua itu tak gampang. Dahulu dikatakan penyebabnya akibat akibat kerusakan moral yang panjang dari penjajahan. Tapi apakah itu masih bisa dijadikan alasan bagi bangsa ini?

Bukankah India dan Korea Selatan meski juga hidup dalam masa kolonial yang panjang bisa memperbaiki keadaan. Terlebih dengan Korea Selatan negara ini bia memperbaiki diri secara dahsyat hanya selang sekitar dua dasa warsa setelah perang. Hanya Yugoslavia yang berakhir tragis dan menghilang dari peta sejarah serta terpuruk sebagai negara yang berstatus paling paria di kawasan Eropa.

Maka memang jalan keluarnya seperti dinyatakan Bung Karno lagi adalah dengan 'Revolusi'. Seperti pernyataan gagahnya dahulu:” Revolusi adalah suatu hal yang harus dijalankan dengan aksimu dan idemu sendiri. Perjalanan rakyat yang berjuang tidak pernah berhenti!" 

Keadaan itulah yang juga terjadi di Indonesia masa kini. Dan PDI Perjuangan selaku partai yang berkuasa mempunyai tugas yang amat berat, sekaligus mulia. Konflik peradaban dan apa yang disebut Bung Karno sebagai kolonialisme baru sudah  terjadi dan ada di depan mata.

Bila dahulu kekuatan dunia berebut minyak bumi dengan perang di Timur Tengah, kini mereka mulai berebut 'energi masa' depan yang bernama Nikel yang akan mereka pakai untuk membuat baterei. Dan komoditi itu tempatnya ada di sini, di negeri kita tercinta..!

Selamat ulang tahun PDI Perjuangan. Merdeka!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement