REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Haura Hafizhah
Tren penambahan kasus harian Covid-19 kembali memecahkan rekor hari ini. Pemerintah merilis penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 5.828 orang dalam 24 jam terakhir. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak kasus Covid-19 pertama kali diumumkan pemerintah pada awal Maret lalu. Rekor sebelumnya juga pecah belum lama ini, yakni 5.534 kasus baru pada Rabu (25/11).
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, lonjakan kasus hari ini merupakan cerminan dari penularan infeksi virus corona yang masih cukup tinggi di tengah masyarakat. Angka yang dilaporkan hari ini juga sebagai akumulasi dari berbagai kejadian yang belakangan terjadi, termasuk dampak libur panjang dan sejumlah kejadian kerumunan yang terjadi dalam rentang dua pekan terakhir.
"Pola kenaikan kasus dari suatu event penting seperti libur panjang, biasanya terjadi 10-14 hari setelahnya. Jadi, bisa saja setelah itu bertumpuk event lainnya. Tetap perhatikan pola tren kasus ini dan harus dikaitkan kasus daerah secara spesifik, bukan data nasional semata," kata Wiku saat dikonfirmasi, Jumat (27/11).
Menurutnya, rekor yang tercatat hari ini juga disumbangkan kejadian di daerah. Belum lagi, ujar Wiku, bila ada akumulasi laporan pemeriksaan spesimen yang sempat tertunda sebelumnya. Hal ini bisa membuat angka penambahan kasus melonjak tajam dalam satu hari.
"Intinya, angka yang tinggi pasti terkait dengan penularan yang tinggi. Masyarakat tetap perlu waspada. Patuhi protokol kesehatan dengan ketat," kata Wiku.
Jika dilihat lebih perinci, peningkatan kasus harian dalam beberapa hari terakhir sejalan dengan penambahan kapasitas pemeriksaan. Sejak Rabu (25/11), jumlah orang yang dites selalu di atas 35 ribu orang dalam sehari. Bahkan, rekor tertinggi tercatat pada Rabu dengan 43.720 orang diperiksa dalam sehari.
Dari penambahan kasus hari ini DKI Jakarta kembali menyumbang angka tertinggi, yakni 1.436 kasus baru. Menyusul kemudian, ada Jawa Tengah dengan 963 kasus baru, Jawa Barat dengan 699 kasus, Jawa Timur dengan 428 kasus, dan Riau dengan 261 kasus.
Jumlah pasien sembuh juga terus meningkat. Hari ini dilaporkan ada 3.807 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh. Sehingga, angka kumulatif pasien sembuh menjadi 437.456 orang.
Sementara kasus kematian juga bertambah cukup tinggi hari ini, yakni 169 orang. Jumlah kumulatif pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19 mencapai 16.521 orang.
Meski jumlah harian kasus positif Covid-19 mencetak rekor baru, Wiku menyampaikan, jumlah daerah dengan kasus aktif lebih dari 1.000 selama empat pekan terakhir ini mengalami penurunan. Pada 18 Oktober Satgas mencatat, terdapat 12 kabupaten kota dengan kasus aktif di atas 1.000.
Kemudian, jumlah ini terus menurun pada 25 Oktober yang sebanyak 11 kabupaten kota hingga pada 15 November terdapat sembilan kabupaten kota dengan kasus aktif lebih dari 1.000.
“Ini merupakan capaian yang sangat positif,” kata Wiku.
Kesembilan daerah tersebut, yakni Kota Jayapura, Kota Bekasi, Jakarta Timur, Kota Padang, Jakarta Selatan, Bekasi, Jakarta Barat, Kota Depok, dan Kota Pekanbaru. Satgas pun menyampaikan apresiasinya kepada daerah yang telah berupaya menekan laju penularan.
“Namun, tetap saya ingatkan, jangan sampai capaian ini membuat kita menjadi lengah,” tambah dia.
Karena itu, pemerintah daerah diminta agar terus melakukan pengawasan, sosialisasi, penegakan disiplin, dan pemberian sanksi kepada masyarakat yang masih abai terhadap protokol kesehatan.
“Kita harapkan, ke depannya, jumlah kabupaten kota dengan kasus aktif lebih dari 1.000 semakin menurun sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan kasus positif di tingkat nasional,” ujar Wiku.
Update situasi terkini perkembangan #COVID19 di Indonesia (27/11)
(Sebuah utas)#BersatuLawanCovid19 #dirumahaja #JagaJarak #AdaptasiKebiasaanBaru pic.twitter.com/YXmwg0hCss
— Kemenkes RI (@KemenkesRI) November 27, 2020
Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menilai, peningkatan kasus Covid-19 dipicu oleh beberapa kegiatan, yaitu kegiatan kerumunan baik dari libur panjang maupun kerumunan Pilkada 2020 dan Habib Rizieq Shihab (HRS). Sehingga, pemerintah harus memantau atau monitoring masyarakat secara konsisten dan ketat.
"Peningkatan ini terjadi karena banyak kegiatan berkerumun seperti saat libur panjang dan sebagainya. Pemerintah harus monitoring terus itu masyarakat yang berkerumun karena itu melanggar protokol kesehatan," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (24/11).
Kemudian, ia melanjutkan, Indonesia masih dikatakan belum aman karena belum dapat menurunkan kasus harian yang masih kisaran 4.000 kasus per hari. Seharusnya, hal ini menjadi fokus pemerintah untuk berusaha keras dalam pengendalian penyebaran kasus Covid-19.
Ia menambahkan potensi-potensi kerumunan atau pelanggaran protokol kesehatan harus diidentifikasi dan dicegah agar tidak meningkatkan kasus. Ini yang juga harus diketahui masyarakat kalau saat ini semua pihak sedang berjuang keras dengan pandemi Covid-19 yang bisa dikatakan belum terkendali di Indonesia.
"Sehingga protokol kesehatan menjadi wajib pada masa-masa sekarang ini dan bukan menjadi pilihan untuk melakukan 3M. Artinya, 3M harus diterapkan sepenuhnya dan jangan merasa sudah pakai masker kerumunan bisa dilakukan. Ini yang juga akan mempersulit penurunan kasus Covid-19," kata dia.
Sementara, pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan, dari awal sudah mengingatkan ke pemerintah untuk kuatkan 3T, yaitu testing, tracing, dan treatment. Sampai saat ini, hal tersebut belum optimal yang menyebabkan jumlah penambahan kasus Covid-19 semakin naik setiap harinya.
"Ini tidak mengagetkan ya. Saya sudah ingatkan kalau kasus harian Indonesia itu mencapai 10 ribu. Itu estimasi terendah. Estimasi berdasarkan pemodelan epidemiologi. Yang artinya angka temuan sekarang yang 5.000-an itu juga baru setengah estimasi pemodelan. PR-nya banyak sekali ya. Masih banyak orang yang tidak terdeteksi," katanya saat dihubungi Republika, Senin (23/11).