Kamis 05 Nov 2020 00:02 WIB

Trump Vs Biden Ketat, Tiga Negara Bagian Ini Jadi Penentu

Persaingan ketat Trump-Biden membuat Pilpres 2020 berbeda dengan pilpres sebelumnya.

Sebuah layar TV menampilkan gambar Presiden AS Donald Trump, kanan, dan calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden selama program berita di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 3 November 2020. Pemilihan presiden AS adalah dijadwalkan pada hari Selasa.
Foto: AP/Ahn Young-joon
Sebuah layar TV menampilkan gambar Presiden AS Donald Trump, kanan, dan calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden selama program berita di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 3 November 2020. Pemilihan presiden AS adalah dijadwalkan pada hari Selasa.

REPUBLIKA.CO.ID, Belum rampungnya penghitungan suara di tujuh negara bagian Amerika Serikat (AS) membuat pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) tahun ini tidak seperti pilpres sebelumnya di mana biasanya hasil pemilu sudah diketahui beberapa jam setelah pemungutan suara berakhir. Namun, baik Donald Trump maupun Joe Biden sama-sama sudah mengutarakan keyakinannya bakal memenangi pemilu kali ini. Trump bahkan sudah mengklaim kemenangan.

"Kita sudah siap memenangi pemilu ini. Sebenarnya kita sudah memenangi pemilu ini," kata Presiden Trump di Gedung Putih beberapa jam setelah pemungutan suara 3 November 2020 berakhir, seperti dikutip luas oleh berbagai media AS dan dunia.

Baca Juga

Sebaliknya, Biden berusaha berhati-hati menyampaikan pernyataan, meskipun tetap memesankan keyakinan bahwa dia bakal memenangipemilu ini. Berbicara dari rumahnya di Delaware tengah malam waktu AS, Biden menyampaikan optimismenya bakal memenangi Pilpres 2020.

"Kita sudah tahu ini akan lama tetapi lihat, kita merasa baik mengenai di mana kita sedang berada. Kita percaya kita sudah berada di jalur kemenangan pemilu ini," kata Biden.

Trump sudah merebut dua negara bagian suara mengambang dengan suara elektoral paling besar, yakni Florida dan Texas. Namun, Biden juga yakin menang karena pihaknya telah membalikkan Arizona menjadi negara bagian yang memilih calon dari Demokrat, selain merebut kembali Minnesota yang dulu direbut Trump saat bertarung melawan Hillary Clinton pada pemilu 2016.

Saat ini, hasil pemungutan suara pemilu 2020 masih menunggu selesainya penghitungan suara di tujuh negara bagian. Ketujuh negara bagian itu adalah Nevada, Alaska, Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, North Carolina, dan Georgia.

Dari ketujuh negara bagian ini, Nevada yang memiliki jatah 6 suara elektoral kemungkinan besar menjadi milik Biden-Demokrat. Sedangkan, Alaska yang memiliki jatah 4 suara elektoral hampir pasti menjadi milik Trump-Republik.

Praktis pertarungan sengit terjadi dalam memperebutkan Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, North Carolina dan Georgia. Kelima negara bagian ini adalah bagian dari belasan negara bagian suara mengambang yang menjadi medan pertempuran suara utama.

Trump sudah mendapatkan dua negara bagian suara mengambang yang memiliki jatah suara elektoral paling besar. Keduanya adalah Texas yang memiliki 38 juara elektoral dan Florida dengan 29 suara elektoral.

Pada beberapa pemilu sebelumnya, Florida selalu menjadi penentu kemenangan calon presiden. Namun tahun ini, Wisconsin, Michigan dan Pennsylvania sepertinya bakal sangat menentukan nasib Trump dan Biden.

Biden membutuhkan 32 suara elektoral lagi untuk bisa memenangkan pemilu ini, sebaliknya Trump membutuhkan 57 suara elektoral lagi.

Trump tengah memimpin tipis di Pennsylvania, North Carolina dan Georgia, selain di atas kertas bakal mendapatkan Alaska. Sebaliknya, Biden tiba-tiba memyalip Trump di Wisconsin dan di Michigan, serta di atas kertas bakal mendapatkan Nevada.

Beberapa jam lalu ketika sudah 94 suara yang masuk dihitung, Trump masih memimpin di Wisconsin, namun tiba-tiba Biden menyalip untuk memimpin tipis di negara bagian ini. Hal itu disusul di Michigan.

Skenario serupa bisa saja terjadi di Pennsylavania, North Carolina, bahkan Georgia. Namun, Biden tak perlu menyalip di semua negara bagian itu, karena dia cukup merebut Michigan dan Wisconsin, sambil berharap mempertahankan keunggulan di Nevada.

Karena Biden membutuhkan 32 suara elektoral lagi untuk memenangkan pemilu ini, maka dia hanya perlu menang di tiga negara bagian itu untuk memastikan kemenangan dalam pemilu 2020.

Dengan asumsi di atas kertas sudah memegang 6 suara elektoral di Nevada, lalu bisa merebut 10 suara elektoral di Wisconsin dan 16 suara elektoral di Michigan. Jika skenario ini berjalan mulus maka dia sudah mendapatkan 32 suara elektoral tersisa yang dibutuhkannya untuk menang.

Biden memiliki kans lumayan besar untuk merebut kembali Wisconsin dan Michigan karena pada pemilu 2016 pun Trump hanya menang dalam selisih suara tipis masing-masing 0,7 persen dan 0,3 persen melawan Hillary Clinton.

Sampai tulisan ini dibuat, mengutip data Associated Press dan USA Today, Biden untuk sementara unggul 1,2 persen suara di Wisconsin, dan unggul 1,1 persen di Michigan. Biden juga masih berpeluang menyalip di North Carolina dan bahkan Pennsylvania yang baru menghitung 64 persen suara yang masuk.

Tetapi suara elektoral Nevada, Wisconsin dan Michigan sudah cukup memenangkan Biden. Jika skenario itu tak terjadi, maka kemungkinan Trump yang justru menang dan akan menjalani masa jabatan keduanya di Gedung Putih.

Suara elektoral

Sampai tulisan ini dibuat, mengutip berbagai data berbagai media massa AS yang mentabulasi hasil pemilu termasuk Associated Press dan USA Today, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, tengah unggul 238 suara elektoral, sedangkan pejawat Presiden Donald Trump untuk sementara memperoleh 213 suara elektoral.

Pemilu AS ditentukan oleh konsep lembaga bernama Electoral College yang pada pemilu kali ini beranggotakan 538 elector yang jumlahnya sama dengan jumlah anggota Kongres. Kongres AS sendiri terdiri diri majelis tinggi Senat yang beranggotakan 100 senator dan majelis rendah DPR yang saat ini beranggotakan 438 anggota DPR.

Tidak seperti umumnya negara demokrasi langsung seperti Indonesia, Pilpres AS digelar tidak langsung karena kendati kertas suara berisi nama para calon presiden, pemilih sebenarnya mencoblos elector tiap negara bagian di mana si pemilih berada. Setiap negara bagian mendapatkan jatah elector atau suara elektoral dalam Electoral College berbeda-beda. Dan besarnya jatah suara elektoral ini sesuai dengan jumlah penduduk negara bagian dan komposisinya bisa berubah mengikuti demografi penduduk di negara bagian tersebut.

Untuk dinyatakan sebagai pemenang Pilpres AS periode ini, Trump atau Biden harus memenangkan separuh plus satu dari total suara elektoral untuk pemilu kali ini, yakni 538 suara elektoral. Itu artinya, Biden dan Trump cukup meraih 270 suara elektoral untuk dianyatakan sebagai pemenang pemilu.

Pada Pemilu 2016 sendiri, Trump meraih 304 suara elektoral, sedangkan lawannya Hillary Clinton meraih 227 suara elektoral. Saat itu secara nasional Hillary Clinton memperoleh total suara pemilih atau popular vote 65,8 juta suara atau sekitar 3 juta suara lebih banyak dari total suara yang diperoleh Trump saat itu yang sebanyak 62,9 juta suara.

Sementara pada pemilu kali ini, untuk sementara Biden memperoleh 69,1 juta popular vote, sedangkan Trump mengumpulkan 66,8 juta suara pemilih atau popular vote.

Popular vote tak beda dengan jumlah suara pemilih dalam pemilihan presiden di Indonesia. Bedanya, di AS jumlah ini tidak menentukan langsung pemenang pemilihan presiden, karena lebih mengacu kepada jumlah suara elektoral paling banyak yang diperoleh kandidat.

photo
Debat terakhir Donald Trump vs Joe Biden - (Republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement