Selasa 20 Oct 2020 09:26 WIB

UI Beri Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja Tunagrahita

Informasi kesehatan reproduksi penting untuk diberikan kepada remaja tunagrahita.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Tim Pengmas FKM UI, Dr Evi Martha.
Foto: Humas UI
Ketua Tim Pengmas FKM UI, Dr Evi Martha.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Tim pengabdi masyarakat (pengmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok memberikan pelatihan daring kepada 39 guru dari 13 sekolah luar biasa (SLB) di Kota Depok pada 13-16 Oktober lalu.

Ketua Tim Pengmas FKM UI, Dr Evi Martha, mengatakan, informasi kesehatan reproduksi sangat penting untuk diberikan kepada remaja, termasuk remaja disabilitas tunagrahita. Dia menerangkan, aksi nyata FKM UI tersebut merupakan upaya meningkatkan peran guru SLB dalam mengedukasi kesehatan reproduksi remaja tunagrahita.

"Sayangnya, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas tampaknya masih jarang mendapatkan perhatian di kalangan pendidik," kata Evi dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (19/10).

Evi menjelaskan, sebuah studi yang dilakukan oleh Habeahan pada 2014 di salah satu SLB di Jakarta Timur, menunjukkan, guru di SLB tersebut kurang memperhatikan permasalahan seks pada remaja tunagrahita. Hal itu lantaran minimnya sumber informasi yang diperoleh, serta merasa tabu membahas seks dengan siswa.

Menurut Evi, seiring dengan minimnya pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus menjadikan sebagian di antara mereka cenderung mudah dimanipulasi sehingga kerap kali dijadikan objek pelecehan dan pelampiasan seksual. "Pelecehan seksual terhadap anak dan remaja disabilitas dua kali lebih tinggi dari pada anak normal," ucapnya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Evi dan tim menggagas rangkaian program pelatihan kesehatan reproduksi remaja tunagrahitha berkolaborasi dengan Direktur Sekolah Citta Bangsa Oktina Burlianti dan Ketua Badan Khusus Kesehatan Remaja IAKMI Loveria Sekarrini.

Pada hari pertama, sambung dia, pelatihan diawali dengan pemberian materi mengenai pengenalan tentang remaja tunagrahita. Selain itu, ada pengenalan dasar kesehatan reproduksi remaja (aku dan tubuhku) dan isu terkait perilaku seksual pada anak tunagrahita.

"Selanjutnya pada hari kedua, para peserta diberikan materi terkait pengenalan perilaku seksual berisiko (aku dan lingkunganku), dan teknik komunikasi serta peran orang tua guru dalam mendampingi anak remaja tunagrahita," jelas Evi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement