Sabtu 17 Oct 2020 15:48 WIB

TGFP Segera Laporkan Temuan di Intan Jaya ke Menkopolhukam

TGFP telah merampungkan pencarian fakta insiden penembakan di Intan Jaya, Papua.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Benny Mamoto (kanan).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Benny Mamoto (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya rampung mengumpulkan data dan informasi di lapangan terkait peristiwa penembakan di Papua. TGPF akan segera melaporkan temuan yang didapatkan kepada Menteri Komunikasi Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD.

"Nanti menyangkut capaian tim akan disampaikan langsung oleh Pak Menkopolhukam Senin (19/10). Teman-teman bisa bertanya dan menggali informasi yang diminta," kata Ketua TGPF ini Benny J Mamoto saat memberikan keterangan secara virtual di Jakarta, Sabtu (17/10).

Baca Juga

Benny mengatakan, tugas yang diberikan menkopolhukam telah diselesaikan dalam waktu 14 hari. Dia melanjutkan, meski ada beberapa kendala semsal perbedaan budaya namun hal itu dapat ditembus berkat keragaman tim TGPF. Tim terdiri dari Akademisi, Kejaksaan, Polhukam sendiri hingga tokoh agama.

Dia melanjutkan, tim saat ini berhasil mengumpulkan data, melakukan pengecekan dan konfirmasi, berkomunikasi dengan tokoh agama dan masyarakat untuk membuat terang peristiwa ini. Dia memastikan kerja tim TGPF transparan dan dapat dipertanggung jawabkan karena diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menggali fakta.

"Foto yang akan berbicara tentang yang terjadi disana, rekaman yang berbicara penggalian informasi berjalan dalam suasana nyaman," katanya.

Benny mengungkapkan, ada beberapa hal yang beredar dan dimaknai lain ketika tim turun ke lapangan. Namun, sambung dia, tim mengedepankan pendekatan kulutral sehingga bisa mengumpulan fakta lapangan untuk membuat terang peristiwa yang terjadi.

Wakil Ketua TGPF Intan Jaya Sugeng Purnomo mengatakan, tim yang dia pimpin ke Intan Jaya diberikan informasi akurat oleh aparat hingga bisa mengumpulkan informasi secara akurat. Dia mengungkapkan, selain dibantu aparat dan tokoh agama, tim juga ditolong oleh LSM HAM dan Komnas HAM guna mengumpulkan fakta.

Dia berharap semua data informasi yang disampaikan kepada tim saat bertemu dan berkomuniasi langsung ditampung. Lanjutnya, komunikasi itu kemudian menjadi bagian temuan tim untuk kita jadikan kesimpulan dan rekomendasi.

"Diharapkan apa-apa yang kami kerjakan dan hasilkan oleh tim bisa bermanfaat secara keseluruhan bagai penyelesaian persoanalan di Bumi Cendrawasih," katanya.

Seperti diketahui, TGPF Intan Jaya dibentuk pada 1 Oktober 2020 untuk mengungkap serangkaian kasus penembakan dan pembunuhan anggota militer dan warga sipil di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, sepanjang September. Sebanyak empat orang meninggal, yaitu dua anggota TNI, Serka Sahlan dan Pratu Dwi Akbar Utomo, Pendeta Yeremia Zanambani, dan tukang ojek bernama Badawi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement