Rabu 14 Oct 2020 16:45 WIB

KPI: Tayangan di Media Jangan Mendiskreditkan Perempuan

Program di media memang kebanyakan menayangkan realitas di masyarakat.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, 

 

JAKARTA -- Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Nuning Rodiyah mengatakan, tayangan di media perlu lebih ditekankan agar tidak mendiskreditkan perempuan. Menurutnya, jangan sampai tayangan di media justru mendiskreditkan perempuan dengan gambaran-gambaran yang akhirnya berdampak negatif.

"Judul film, judul sinetron, memang masih kemudian terdapat muatan-muatan yang cenderung mendiskreditkan perempuan sebagai objek. Ini harus jadi catatan bersama," kata Nuning, dalam sebuah webinar, Rabu (14/10).

Dia mengatakan, saat ini, memang kondisi di industri adalah jika judul semakin berbeda dan memojokkan objek tertentu maka akan semakin diminati. Terkait hal ini, tidak semata-mata menjadi tanggung jawab industri namun juga tanggung jawab masyarakat.

"Kami berharap, bersama-sama melakukan edukasi. Kalau masyarakat semakin cerdas, semakin teredukasi, saya kira suatu keniscayaan, teman-teman di industri penyiaran akan menyajikan tayangan yang diinginkan masyarakat," kata dia lagi.

Selain itu, Nuning juga mengungkapkan, kebanyakan program di media memang kebanyakan menayangkan realitas di masyarakat. Realitas tersebut bisa gambaran kehidupan rumah tangga ataupun percintaan remaja.

Walaupun demikian, Nuning berharap, program yang ditayangkan, selain mengandung realitas namun juga bermuatan pemberdayaan perempuan. Sebab, menurutnya saat ini masih banyak program yang memberikan gambaran mengenai perempuan yang tidak berdaya atau hanya menjadi objek.

"Jangan terus menerus mencekoki dengan materi-materi yang membangun di otak penonton kita ini perempuan itu ya jadi objeknya suami, dia bisa semena-mena diperlakukan. Tapi harus kemudian membangun perspektif yang berbeda lagi," kata Nuning.

Saat ini, memang banyak tayangan yang menyajikan perempuan tersiksa, namun pada akhirnya hidupnya bahagia. Menurut dia, akan lebih baik lagi jika perempuan digambarkan dengan lebih berdaya dan kebahagiaannya tidak hanya dihadirkan di akhir cerita saja.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement