REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr Cornelis Lay meninggal dunia, Rabu (5/8). Almarhum mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 04.00 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Cornelis juga tercatat sebagai mantan anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino mengungkapkan, bela sungkawa atas meninggalnya mantan Kepala Biro Politik dan Pemerintahan Dalam Negeri, Kantor Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri (2000-2004) itu. Cornelis, menurut Arjuna, dikenal sebagai seorang senior dan guru kader bagi banyak anggota GMNI.
"Kami sangat berduka. Beliau adalah senior dan juga mentor para kader GMNI. Kami dari DPP GMNI mengucapkan permohonan maaf apabila beliau semasa hidupnya punya kesalahan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan", kata Arjuna dalam keterangannya, Rabu (5/8).
Menurut Arjuna, sebagai ilmuwan Cornelis banyak dikenal melalui sejumlah tulisan dan komentarnya di berbagai media massa. Menulis banyak makalah, artikel, dan buku. Cornelis dikenal juga pernah menjadi peneliti tamu di sejumlah perguruan tinggi seperti Flinders University, Australia (1995); Agder College University, Kristiansand, Norwegia, (2001 dan 2002); Massachussets University, AS (2008); dan KITLV, Negeri Belanda (2010).
"Beliau adalah cendekiawan nasionalis, pengagum berat Bung Karno. Pikiran dan karyanya akan selalu dikenang dan akan terus menginspirasi para kader nasionalis-soekarnois. Damai di surga Mas Cony (sapaan akrabnya)", tambah Arjuna
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Jenderal DPP GMNI, M. Ageng Dendy Setiawan. Menurutnya, saat ini keluarga besar GMNI sangat kehilangan sosok senior Cornelis Lay. Almarhum, kata Dendy adalah senior yang sangat tekun melakukan kerja-kerja intelektual.
"Mas Cony adalah salah satu cendekiawan yang pernah dimiliki oleh GMNI. Beliau amat tekun melakukan kerja-kerja intelektual. Selamat jalan mas Cony", tutup Dendy.