Kamis 30 Jul 2020 04:53 WIB

Jejak Jenderal Zeni di Kodam Sriwijaya

Mengapa ada percepatan generasi penerus TNI menjadi jenderal?

Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) II/Sriwijaya periode 2018-2020, Mayjen Irwan.
Foto: Kodam Sriwijaya
Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) II/Sriwijaya periode 2018-2020, Mayjen Irwan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Gending Sriwijaya ditabuh. Juli 2020 ini, tepat dua tahun Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Irwan Zaini menjadi panglima Komando Daerah Militer (Kodam) II/Sriwijaya. Kodam yang membawahi lima wilayah provinsi, yakni Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung. Dua tahun waktu yang cukup untuk menduduki jabatan panglima Kodam.

Rotasi dan mutasi perwira tinggi untuk jabatan panglima Kodam sudah bergerak sejak Maret-April 2020 lalu. Teranyar berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor 588/VII/2020, tanggal 27 Juli 2020. Mutasi kali ini giliran untuk tiga panglima Kodam, yakni: Kodam Sriwijaya, Kodam Jayakarta, dan Kodam Mulawarman. Termasuk untuk Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri, dan Gubernur Akademi Militer (Akmil).

“Saya harus siap menerima perintah pimpinan untuk penugasan di mana pun,” kata Mayjen TNI Irwan Zaini. Dalam mutasi terbaru, Irwan digantikan adik kelasnya, Mayjen TNI Agus Suhardi, abituren (lulusan) Akmil 1988-A dari korps Infanteri.

Sebelumnya Irwan pernah menjadi Asisten Logistik (Aslog) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 2017, direktur Zeni Angkatan Darat pada 2014, komandan Korem di Palagkaraya pada 2012, komandan Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) pada 2012, Kepala Zeni Kodam Brawijaya pada 2010, serta komandan Resimen Zeni Konstruksi (Danmen Zikon) pada 2009.

Saat berpangkat Letnan Kolonel, ia perah menjadi wakil komandan Pusdikzi, komandan Kodim di Padang, serta Komandan Batalyon Zikon 13 di Jakarta. Ia mengawali karier sebagai Komandan peleton di Batalyon Zeni Tempur (Zipur) 10 Amfibi, Divisi Infanteri 2, Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Setelah itu ke Detasemen Zeni Bangunan (Denzibang) Kodam Jayakarta. Ia pun pernah menjadi wakil komandan Batalyon Zipur 9 Para, Divisi Infanteri 1 Kostrad. Saat pecah kerusuhan di Maluku pada 2000, Irwan ditugaskan di Kodam Pattimura.

Irwan teman satu letting (kelas) dengan KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa. Abituren Akmil 1987. Jika Andika dari korps Infanteri, Irwan dari korps Zeni. Dari 15 panglima Kodam, mayoritas memang berasal dari korps Infanteri. Sesuatu yang wajar, karena mayoritas personel Angkatan Darat, sekitar 75 persen lebih berasal dari Infanteri.

Sehingga jika ada perwira tinggi korps Zeni, korps Kavaleri, korps Artileri Medan (Armed), dan korps Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) jadi panglima Kodam, maka mereka tentulah memiliki prestasi istimewa. Pilihan pimpinan TNI.

Jejak Zeni

Irwan bukan orang pertama dari korps Zeni yang pernah menjadi panglima Kodam Sriwijaya. Sebelumnya ada Mayjen TNI Syarifuddin Tippe pada Juni 2006 hingga Janurari 2008. Artinya 9,5 tahun berlalu, perwira korps Zeni kembali menjadi panglima Kodam Sriwijaya. Syarifuddin abituren Akmil 1975, satu letting dengan mantan KSAD dan Panglima TNI almarhum Jenderal Djoko Santoso.

Syarifuddin terakhir berpangkat Letnan Jenderal TNI. Jabatannya rektor Universitas Pertahanan. Pangkat akademiknya profesor (guru besar). Gelar akademik tertingginya doktor (S3). Ia lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) tahun 1990.

Apakah cuma mereka berdua dari korps Zeni yang pernah menjadi panglima Kodam Sriwijaya? Jawabannya tidak. Bahkan pada 1979 hingga 1987, selama delapan tahun berturut-turut, panglima Kodam Sriwijaya berasal dari korps Zeni. Mereka adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Try Sutrisno, Brigjen TNI Arie Bandiyoko, Brigjen TNI Roestandi AM, dan Mayjen TNI Siswandi.

Siapa mereka? Mereka mantan taruna yang mengenyam pendidikan selama empat tahun di Akmil di Bandung. Abituren tahun 1956 hingga 1959. Dahulu disebut Akademi Genie Angkatan Darat, berubah menjadi Akademi Zeni Angkatan Darat (Akziad). Kemudian berubah lagi menjadi Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Hingga akhirnya diintergasikan dengan Akmil di Magelang, menjadi Akmil Jurusan Teknik di Bandung. Mereka mengawali lulusan akademi berpangkat Letnan Dua (Letda) yang dilantik oleh Presiden Sukarno.

Sebuah pelantikan istimewa, karena hanya lulusan akademi militer dan sejenisnya yang dilantik oleh Presiden selaku ‘panglima’ tertinggi TNI. Saat itu pada 1956-1959 lulusan Akademi Zeni Angkatan Darat (Akziad) dan Institut Angkatan Laut (IAL), cikal bakal Akademi Angkatan Laut (AAL) yang dilantik oleh Presiden Sukarno. Acuannya pasal 10 UUD 1945 yang berbuyi, “Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.” 

Itu lah jawabannya mengapa mereka seperti ‘anak emas’ dilantik oleh Presiden. Ya, karena presiden merasa berhak sebagai ‘panglima’ tertinggi TNI untuk melantik perwira yang baru lulus pendidikan akademi. Tidak banyak lulusan dari Akmil Bandung tersebut. Namun mereka hasil saringan yang ketat dari ratusan pelamar lulusan SLTA jurusan IPA dari seluruh Indonesia.

Abituren 1956 hanya menghasilkan 12 orang. Kemudian satu orang atas nama TGM Harahap pindah ke Korps Komando (KKO) Angkatan Laut. Kini disebut korps Marinir. Dia diminta membangun Zeni KKO/Marinir. Abituren 1957 meluluskan 17 perwira. Abituren 1958 meluluskan 20 perwira. Sedangkan abituren 1959 melahirkan 50 perwira. Satu di antaranya, Sujono juga pindah ke KKO/Marinir AL. Ditugaskan membangun Zeni Marinir.  Letnan Satu (Lettu) TGM Harahap dan Letda Sujono adalah pendiri Batalyon Zeni Marinir AL. 

Abituren selanjutnya (1960-1964)  sudah menyatu dengan Akmil Magelang. Namun kampusnya tetap di Bandung. Hal ini karena dosen-dosen teknik masih berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah Universitas Gadjah Mada (UGM) mampu menyiapkan dosen-dosen teknik, barulah semuanya menyatu di Magelang. Akmil Bandung selanjutnya tetap menjadi kawah candradimuka bagi calon perwira dari sumber bintara, yakni Sekolah Calon Perwira (Secapa) Angkatan Darat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement