REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebutkan, saat ini sedang berlangsung perang yang berupa perang pikiran. Di mana perang dilakukan dengan menggunakan narasi-narasi untuk mempengaruhi alam berpikir masyarakat yang akan membahayakan kepentingan nasional.
"Dalam masa pandemi sekarang ini ada kelompok yang tidak bertanggung jawab membangun narasi bahwa rapid test, swab test serta penanganan pasien hanya merugikan masyarakat dan menguntungkan rumah sakit," ujar Hadi dalam keterangan pers, Jumat (17/7).
Demikian dikatakan Panglima saat melantik dan mengambil sumpah Perwira Prajurit Karir TNI secara virtual, Kamis (16/7). Hal lain yang dia soroti ialah mengenai keengganan sebagian masyarakat untuk mengenakan masker karena beranggapan Covid-19 hanyalah konspirasi.
"Sebagai Perwira, harus dapat menangkap dan memahami situasi tersebut dan tidak boleh larut dan dapat memberi arahan yang jelas kepada anggota di satuan," kata dia.
Panglima TNI mengingatkan, sebagai perwira milenial yang akrab dengan teknologi dan media sosial, para perwira remaja harus dapat menganalisa informasi yang beredar. Dia meminta, mereka untuk membangun kesadaran dan kewaspadaan anggota, keluarga, dan lingkungan sekitar terhadap hoaks ataupun upaya radikalisasi dan memecah belah bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
"Sebagai generasi milenial, para perwira remaja setelah dilantik nantinya akan memasuki medan penugasan di tengah kemajuan teknologi yang demikian pesat. Diperlukan personel dan organisasi TNI yang adaptif serta mampu menjawab tantangan dan ancaman yang juga berubah begitu cepat," katanya.
Menurut Hadi juga, salah satu yang perlu dipahami oleh para perwira adalah teknologi komunikasi dan kondisi sosial masyarakat. Pada era modern, di mana penggunaan teknologi komunikasi serta media sosial mengemuka, para perwira harus menyadari, informasi menjadi sarana bagi berbagai pihak untuk menyampaikan pesan, baik positif maupun negatif.