REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan penghargaan kenaikan pangkat kepada 63 prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Pembebasan Sandera di wilayah Tembagapura, Papua. Namun, lima perwira menolaknya dan mendapatkan penghargaan berupa pendidikan khusus.
"Lima perwira diwakili komandan upacara menyampaikan, keberhasilan milik anak buah, kegagalan adalah tanggung jawab perwira. Sehingga yang pantas naik pangkat adalah anggotanya. Secara halus mereka menolak kenaikan pangkat," ungkap Gatot dalam video berdurasi 57 detik di akun twitter @kodam3siliwangi, Ahad (19/11).
Menurut Gatot, hal tersebut adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Pada kesempatan itu pula, ia menyebutkan, lima perwira tersebut diberikan pendidikan dengan prioritas khusus mendahului rekan-rekan satu angkatannya.
"Ini suatu hal yang sangat luar biasa, yang membuat kami semua terharu," tutur Gatot.
Gatot kemudian juga memberikan penghargaan terhadap 58 prajurit lainnya. Mereka mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa, yaitu naik satu tingkat dari pangkat lama. Penghargaan tersebut ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/920/XI/2017.
Panglima menyampaikan hal tersebut dalam upacara pemberian penghargaan kepada 63 prajurit TNI tersebut dilaksanakan di depan bekas Pos Kelompok Kriminal Bersenjata, Desa Utikini, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Ahad (19/11).
Gatot mengatakan, prajurit yang tergabung dalam Satgas Pembebasan Sandera di Papua pantas diberikan penghargaan, karena mereka telah melaksanakan tugas dengan baik. Ia pun mengatasnamakan seluruh prajurit TNI dalam memberikan penghargaan kenaikan pangkat luar biasa tersebut.
Menurutnya, itulah contoh tauladan bagi prajurit yang mengutamakan tugas hanya untuk kepentingan negara. Mereka tak kenal lelah sampai 347 warga masyarakat yang disandera dapat selamat seluruhnya tanpa luka sedikit pun.
"Saya berikan penghargaan karena prajurit TNI telah melakukan operasi ini sangat teliti dengan pengamatan yang intensif, tidak mengenal lelah setiap hari, setiap saat, sehingga 347 warga masyarakat yang disandera bisa selamat semuanya tanpa luka sedikitpun," jelas Panglima TNI.
Operasi pembebasan sandera di Papua ini merupakan Satgas Gabungan TNI-Polri. Sedangkan organisasi Satgas Operasi Pembebasan Sandera dari TNI diambil dari prajurit-prajurit yang terbaik, berpengalaman dan terlatih yaitu dari Kopassus, Pleton Pengintai Tempur (Tontaipur) Kostrad, Batalyon 751/Raider Sentani dan Batalyon 754/ENK Kodam XVII Cenderawasih.