Selasa 05 May 2020 12:32 WIB

Ahli Epidemiologi: PSBB untuk Ubah Perilaku Masyarakat

PSBB bisa ubah perilaku warga agar lebih peduli dengan kesehatan dan kebersihan

Rep: Febrian Fachri/ Red: Esthi Maharani
Petugas gabungan memeriksa pengendara di pos pemeriksaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas gabungan memeriksa pengendara di pos pemeriksaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG- Ahli Epidemiologi Universitas Andalas (Unand) Padang Defriman Djafri mengatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak hanya untuk menekan dan memutus mata rantai penularan virus corona. Lebih dari itu, menurut Defriman, PSBB juga dapat dijadikan momentum mengubah perilaku masyarakat agar lebih peduli dengan kesehatan dan kebersihan.

"Makna paling besar PSBB mengedukasi dan membentuk karakter masyarakat menjadi sebuah budaya yang juga menjadi kebiasaan ke depan. Jadi bila terjadi pandemi corona gelombang kedua atau pandemi lainnya, masyarakat kita sudah lebih siap," kata Defriman pada sebuah diskusi daring via aplikasi Zoom yang difasiltasi IJTI Sumbar, Senin (4/5).

Defriman menggolongkan empat kelompok masyarakat ketika menghadapi pandemi covid-19 yakni kelompok aman, kelompok yang panik, kelompok yang menganggap enteng dan sok tahu dan terakhir kelompok yang tidak terjangkau.

Kelompok yang aman menurut Defriman adalah kelompok yang punya pengetahuan dan pemahaman cukup baik mengenani virus corona. Kelompok ini mengambil tindakan tetap di rumah, menjaga kebersihan, menjaga pola hidup sehat dan tetap tenang.

Kelompok kedua kelompok panik menurut Defriman adalah orang-orang yang punya tingkat kepedulian yang tinggi terhadap viru corona. Hanya saja tidak dibarengi dengan pemahaman yang baik. Sehingga kerap terjebak oleh informasi hoaks, mengucilkan orang-orang yang ia curigai dan menolak kehadiran orang-orang yang ia curigai.

Ketiga adalah kelompok yang cuek dan sok tahu. Defriman mengatakan kelompok ini rentan tertular karena tidak punya pengetahuan yang baik dan kepedulian yang rendah.

"Kepala daerah saja masih ada yang menganggap enteng penyebaran corona dan masuk kelompok yang panik. Seharusnya mereka masuk kelompok aman dan sangat peduli. Jangan ada kepentingan di dalam melakukan pengendalian covid-19," ucap Defriman.

Kelompok terakhir menurut Defriman adalah yang tidak terjangkau yakni kelompok yang tidak punya pilihan lain untuk tetap beraktivitas di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan. Orang-orang kelompok ini kata Defriman juga tidak punya pemahaman baik akan bahaya corona dan tidak punya kepedulian untuk menjaga diri dari resiko tertular karena lebih memikirkan beban hidup.

Defriman menyebut ia telah memberikan masukan kepada pemerintah daerah Sumatera Barat agar meningkatkan pemahaman masyarakat selama masa PSBB.

"Ini menjadi pondasi masyarakat untuk menghadapi gelombang pandemi berikutnya dan pasca PSBB berakhir ke depan," kata Defriman menambahkan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement