Rabu 08 Apr 2020 04:23 WIB

Mutasi Perwira Tinggi untuk Kita Renungkan

Abiturien dari Akademi TNI letting 1986 terus mendominasi elite militer hingga 2020.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kedua kiri) didampingi Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kedua kanan), KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa (kanan) dan Danjen Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa menghadiri peringatan HUT Ke-67 Kopassus di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (24/4/2019).
Foto:

Ada yang menarik untuk menjadi renungan. Renungan dalam susunan mutasi yang menggeser 402 personel. Di situ, abiturien Akmil 1986 masih mendominasi jabatan bintang tiga di Angkatan Darat, ataupun TNI secara keseluruhan. Dua kali lipat dari abiturien Akmil 1985 maupun 1987.

Akmil 1985 hanya memiliki lima letjen, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Mereka adalah: Letjen (Purn) Edy Rahmayadi (infanteri), Letjen Dodik Wijanarko (polisi militer), Letjen Doni Monardo (infanteri/komando), Letjen Tri Legiono Suko (armed), dan Muhammad Fachruddin (infanteri) yang akan naik pangkat menjadi letjen.

Akmil 1986 memiliki sembilan letjen, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Mereka adalah: Letjen (Purn) Hinsa Siburian (infanteri/komando), Letjen Tatang Sulaiman (infanteri) segera pensiun, Letjen Besar Harto Karyawan (infanteri), Joni Supriyanto (infanteri), dan Letjen Ganip Warsito (infanteri).

Serta tiga orang yang akan naik pangkat menjadi letjen, yakni R Wienoe Prasetja Boedi (infanteri), Muhammad Effendi (zeni), serta Joppye Onesimus Wayangkau (infanteri). Sementara Akmil 1987, memiliki satu jenderal bintang empat dan tiga letjen. Mereka adalah Jenderal Andika Perkasa (infanteri/komando), Letjen Muhammad Herindra (infanteri/komando), Letjen AM Putranto (infanteri), serta Letjen Ida bagus Purwalaksana (infanteri/komando).

Menarik dikaji. Jenderal Andika Perkasa sebagai KSAD, tapi teman seangkatannya di Akmil 1987, tidak mendominasi jabatan bintang tiga. Dalam hal ini, Andika bisa menahan diri untuk tidak menarik teman-teman kelasnya selama ia menjadi KSAD setahun belakangan ini.

Abiturien 1986 merupakan teman seletting Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto. Jika di Angkatan Darat ada sembilan letjen (bintang tiga). Di Angkatan Laut, satu orang (Wakil KSAL, Laksdya Mintoro Yulianto). 

Sedangkan di Angkatan Udara, lima orang, yakni: Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto; KSAU, Marsekal Yuyu Sutisna; Wagub Lemhannas, Marsdya Wieko Syofyan; Wakil KSAU, Marsdya Fahru Zaini; dan Marsdya (Purn) Trisno Hendradi. Total ada 15 perwira tinggi bintang empat dan bintang tiga dari abiturien Akademi TNI 1986.

Sedangkan abiturien Akademi TNI 1985, total sembilan orang. Lima dari Angkatan Darat, lihat nama tersebut di atas. Tiga dari Angkatan Laut, yakni: KSAL, Laksamana Siwi Sukma Adji; Laksdya (Purn) Taufiqurachman; dan Sekjen Kemhan, Laksdya Agus Sutadji. Serta satu orang dari Angkatan Udara, yakni Komandan Sesko TNI, Marsdya Deddy Permadi.

Sementara itu, abiturien Akademi TNI 1987, total hanya enam orang. Angkatan Darat empat orang. Lihat nama tersebut di atas. Angkatan Laut ada dua orang bintang tiga, yakni Kepala Bakamla, Laksdya Aan Kurnia; dan Danjen Akademi TNI, Letjen (Marinir) Bambang Suswantono. Yang mengejutkan, tidak ada satu pun perwira tinggi AU berbintang tiga dari abiturien AAU 1987.

Jika dibandingkan secara keseluruhan, Akademi TNI 1985 memiliki sembilan pati bintang tiga, termasuk satu bintang empat. Akademi TNI 1986 memiliki 15 orang pati bintang tiga, termasuk satu bintang empat. Akademi TNI 1987 hanya memiliki enam perwira tinggi bintang tiga, termasuk satu orang bintang empat. 

Piramida jabatan

Sesungguhnya, ada empat periode pengembangan untuk perwira TNI. Masing-masing mempunyai ciri kegiatan. Pengembangan dasar untuk letnan dan kapten. Pengembangan profesi untuk mayor dan letnan kolonel (letkol). Pengembangan lanjutan untuk kolonel. Terakhir periode darma bakti bagi perwira tinggi hingga akhir masa dinas keperwiraan.

Fakta terungkap, ruang jabatan untuk perwira semakin terbatas. Apalagi, dengan model piramida personel. Semakin ke atas akan semakin mengecil. Konsekuensinya, akan semakin sedikit jumlah perwira yang akan mencapai jabatan yang lebih tinggi.

Karena itu, diperlukan pembatasan pangkat berdasarkan latar belakang pendidikan masuk militer. Misalnya, perwira yang berasal dari bintara, melalui sekolah calon perwira (Secapa). Maka pangkat tertinggi dikunci di letkol. Dengan syarat telah lulus Pendidikan Lanjutan Perwira (Diklapa) II. Jika tidak mengikuti Diklapa II, pensiun pada pangkat kapten.

Perwira yang berasal dari sarjana melalui sekolah perwira prajurit karier (Sepa PK) memiliki kesempatan menjadi kolonel. Begitu juga, perwira yang berasal dari Akademi TNI, memiliki kesempatan menjadi kolonel. Kolonel merupakan pangkat tertinggi di korps. Dengan syarat telah lulus sekolah staf dan komando (sesko) angkatan. Jika tidak lulus sesko angkatan, pensiun pada pangkat letkol.

Kedua sumber perwira, baik dari Sepa PK dan Akademi TNI, selanjutnya memiliki kesempatan menjadi perwira tinggi bintang satu. Syarat utama lulus Sesko TNI. Jika tidak lulus Sesko TNI, pensiun pada pangkat kolonel.

Mereka juga bisa menjadi bintang dua dengan syarat lulus pendidikan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Jika tidak Lemhannas, pensiun pada pangkat perwira tinggi bintang satu.

Khusus perwira yang berasal dari Sepa PK, dibatasi pangkat tertinggi sampai bintang dua. Misalnya, korps kesehatan menjadi kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI. Kemudian korps hukum menjadi kepala Badan Pembinaan Hukum (Babinkum) TNI. Selanjutnya untuk bintang tiga dan empat, hanya bagi perwira dari sumber Akademi TNI yang telah lulus Lemhannas.

Perwira yang tidak bisa melanjutkan pendidikan pengembangan umum (dikbangum), padahal umurnya masih cukup lama untuk pensiun, bisa mengajukan pensiun dini. Bisa juga disalurkan ke tempat lain, seperti BUMN atau alih status menjadi aparat sipil negara. Jadi betul-betul selektif dan tidak ada perwira yang tidak punya jabatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement