Rabu 11 Mar 2020 15:09 WIB

Pemerintah Akui Ada Kendala Pelacakan Kontak Pasien Corona

Salah satu kendala yakni pasien mengaku lupa kontak selama 14 hari terakhir.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus melacak jejak kontak pasien positif corona untuk meminimalisir penyebaran virus.

Namun menurut Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, pemerintah mengalami kendala untuk melakukan penelusuran kontak pasien positif Corona.

Baca Juga

Beberapa pasien yang dinyatakan positif terjangkit tak dapat mengingat betul kontak dalam 14 hari terakhir sebelum dinyatakan terinfeksi.

"Beberapa kendala di dalam tracing adalah sering kali pasien yang sudah jelas-jelas positif tidak mampu mengingat dengan baik dalam 14 hari terakhir ketemu siapa, di mana. Ini yang menjadi tantangan kita," ujar Yurianto saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3).

Karena itu, ia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan diri dan juga perlunya edukasi terhadap mereka agar tak panik merespons wabah virus ini. Selain itu, pemerintah juga menggandeng berbagai komunitas untuk terus meningkatkan edukasi kewaspadaan diri kepada anggotanya.

Dari hasil pelacakan kontak pasien positif Corona, pemerintah terus menemukan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) baru. Sebanyak 736 spesimen pun telah diperiksa di laboratorium, namun tak seluruh pasien dinyatakan positif terjangkit virus ini. Kondisi pasien PDP lainnya saat ini pun dilaporkan semakin membaik.

"Beberapa PDP yang sudah kita lakukan observasi dalam beberapa hari terakhir ternyata diyakini dari beberapa kali pemeriksaan hasilnya tetap negatif, keluhannya juga tidak ada maka banyak yang sudah kita pulang kan juga," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement