REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha mengatakan pemerintah memberikan bantuan konseling psikologi kepada tiga WNI yang masih ada di Hubei, China. Ketiga WNI itu tidak lolos pemeriksaan kesehatan saat hendak dievakuasi.
"KBRI Beijing selalu menjalin kontak dengan yang bersangkutan. Kami juga ada psikolog untuk menelepon secara rutin sebagai teman bicara supaya mereka ada teman," ujar Judha, Rabu (19/2).
Judha mengatakan tiga WNI yang ada di Hubei adalah mahasiswa. Dua di antaranya adalah mahasiswa kedokteran sehingga mereka sudah memahami protokol yang harus dijalani. Ketiganya dalam kondisi sehat.
"Mereka kini tinggal di asrama masing-masing dan kami tetap memberikan perhatian kepada mereka," kata Judha.
Pemerintah Indonesia telah mengevakuasi 243 orang dari China. Mereka terdiri dari 237 WNI yang tinggal di Provinsi Hubei, satu warga negara asing (suami seorang WNI), dan lima anggota Tim Aju KBRI Beijing. Dalam siaran pers yang diterima Republika pada Ahad (2/2), Kementerian Luar Negeri menyatakan pada saat proses menjelang kepulangan terdapat empat WNI yang memilih untuk tetap tinggal di China karena alasan keluarga.
Ratusan WNI yang dievakuasi telah melalui pemeriksaan kesehatan secara berlapis yang dilakukan oleh otoritas China maupun tim dokter Indonesia di Bandara Internasional Wuhan. Pemeriksaan tersebut untuk memastikan seluruh penumpang dalam keadaan sehat.
Saat transit di Batam, para penumpang kembali menjalani pemeriksaan kesehatan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Batam sebelum dipindahkan ke pesawat TNI AU. Otoritas kesehatan Batam menyatakan para penumpang dalam kondisi sehat.
Setiba di Natuna, para penumpang menjalani proses observasi selama 14 hari di Lanud Raden Sadjad. Kementerian Kesehatan, TNI, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah menyiapkan fasilitas umum serta kesehatan bagi WNI yang dievakuasi dari Wuhan.