Selasa 07 Jan 2020 18:10 WIB

Bupati Ungkap Modus Kapal Asing Curi Ikan di Natuna

Kapal asing masuk ke wilayah Natuna saat pergantian penjagaan oleh petugas.

KRI Teuku Umar-385 melakukan peran muka belakang usai mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (3/1/2020).
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
KRI Teuku Umar-385 melakukan peran muka belakang usai mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (3/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Bupati Natuna Kepulauan Riau Hamid Rizal mengungkap salah satu modus pelanggaran kapal asing di Natuna. Menurutnya kapal asing masuk ke wilayah Natuna saat pergantian penjagaan oleh petugas.

"Waktu pergantian dimanfaatkan nelayan asing untuk menjarah kekayaan laut kita," kata Bupati Hamid Rizal di Natuna, Selasa (7/1).

Baca Juga

Ia mengatakan, selama ini aparat keamanan telah menjaga wilayah perbatasan secara bergantian. Hanya saja pihak asing memanfaatkan waktu pergantian petugas. "Karena dari sini ke sana paling cepat 10 jam. Selama ini mereka menunggu di luar perbatasan. Begitu jeda ini masuk," ungkap dia.

Bupati meminta agar pengawasan perbatasan dilakukan terus menerus, tanpa jeda, sehingga tidak ada celah bagi kapal asing masuk ke perairan Natuna. Dengan adanya penjagaan dari aparat, nelayan akan merasa aman karena ada yang mengawal.

"Jangan nelayan asing saja yang dikawal coast guard. Supaya kapal perang kita, coast guard, Bakamla senantiasa berada di perbatasan agar nelayan tidak ragu mencari nafkah mencari ikan di Laut Natuna Utara," tutur dia.

Bupati Natuna berharap tidak ada lagi kapal asing yang masuk wilayah perairan Natuna, karena mengganggu nelayan setempat.

"Saya sebagai bupati berharap agar kapal-kapal asing tidak ada lagi yang masuk wilayah Kabupaten Natuna. Kalau ada sangat menganggu nelayan Natuna," ujar Hamid Rizal berharap.

Menurut dia, nelayan Natuna melaut hanya menggunakan kapal yang tidak begitu besar, hanya 3 sampai 4 ton. Sedangkan kapal asing menggunakan kapal besar di atas 30 GT.

Karenanya, ia berharap kepada pemangku kedaulatan di laut seperti TNI AL, Bakamla dan Polair bisa melakukan pengawasan secara terus menerus di wilayah perbatasan Laut Natuna Utara. "Sehingga nelayan Natuna merasa aman tidak ada gangguan dari pihak asing," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement