REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Partai Hanura, Chairuddin Ismail menyebut Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai pencaplok partai. Pasalnya, ia masuk ke partai dan kemudian menyingkirkan orang yang ada di dalamnya.
"Beliau ini (OSO) saya katakan political party rider, pencaplok partai politik. Ketika dia masuk, semua orang dimarahi dan diganti-ganti. Jadi yang aklamasi di sana itu ya orang-orang dia," ujar Chairuddin di Hotel Century Park, Jakarta, Rabu (18/12).
Pencaplokan yang dilakukan oleh OSO, kata Chairuddin, sama dengan teknik yang digunakan perusahaan di Amerika Serikat. Di mana saat ada perusahaan bermasalah, seseorang datang membeli sahamnya. Lalu, mengambil alihnya secara perlahan.
"Sebetulnya gaya Hanura di bawah Pak OSO itu, saya kebetulan lama di reserse. Di Amerika ada namanya corporate rider, pencaplok perusahaan," ujar Chairuddin.
Maka dari itu, Chairuddin dan sejumlah pengurus yang didepak oleh OSO akan berusaja menyelamatkan Hanura. Meski Wiranto telah mundur dari Ketua Dewan Pembina partai.
"Maka di sini penyelamatan, kalau OSO yang memimpin, ini bisa Hanura malah mati. Karena itu, kita akan tampil di sini. Saya mohon Pak Wiranto juga," ujar mantan Kapolri itu.
Selain itu, ia juga mendesak OSO untuk mundur dari kursi Ketua Umum Partai Hanura. Pasalnya, ia telah gagal melaksanakan janjinya seperti yang tertera pada Pakta Integritas.
Dalam Pakta Integritas yang dihasilkan pada Munaslub 2016, berisi bahwa OSO harus menjamin soliditas dan kesinambungan Partai Hanura untuk menang pada Pemilu 2019. Selain itu, ia juga harus menjamin kursi partai di DPR bertambah.
Selanjutnya, dalam Pakta Integritas tersebut berisi pernyataan jika tak memenuhi dan mematuhinya, OSO akan secara ikhlas mundur dari posisinya sebagai Ketua Umum Partai Hanura.
"Seharusnya harga mati (Pakta Integritas), karena dia sendiri bukan kita yang nyuruh. Saya pribadi tadinya melihat tanda tangan itu sebagai suatu kesungguhan," ujar Chairuddin.