REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sejumlah kontraktor mengaku dirugikan dengan adanya dugaan kasus bantuan fiktif dalam proses pembangunan di sejumlah sekolah dasar negeri (SDN) di Kabupaten Indramayu. Mereka mengaku telah mengeluarkan biaya hingga ratusan juta rupiah.
Salah seorang kontraktor, Suprayogi, mengatakan, dia mengerjakan pembangunan ruang kelas baru di empat SDN di Kecamatan Tukdana. Sejauh ini, dia telah merogoh kocek sekitar Rp 250 juta. "Itu semua dana pribadi saya," kata Suprayogi, saat dikonfirmasi wartawan di Indramayu, Rabu (20/11).
Uang yang dikeluarkan Suprayogi itu tak hanya untuk keperluan bangunan saja. Pasalnya, seseorang yang mengaku bernama Budi Syehabudin juga meminta uang kepada dirinya dengan dalih untuk akomodasi dan syarat pencairan bantuan. "(Uang) untuk Budi sudah keluar Rp 100 juta,"tutur Suprayogi.
Suprayogi menambahkan, rekannya sesama kontraktor juga ada yang sudah mengeluarkan Rp 400 juta untuk menggarap proyek tersebut. Namun, saat ini tak ada kejelasan mengenai pencairan dana dalam proyek itu.
Suprayogi mengaku awalnya tidak mempercayai janji yang diberikan oleh Budi. Namun, dia tetap mengerjakan proses pembangunan tersebut. Dia baru menyadari telah tertipu saat anggaran pembangunan tak bisa dicairkan.
Suprayogi menyatakan, pernah bertemu sekali dengan Budi di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu untuk membicarakan bantuan tersebut. Dirinya pun sudah bertemu dengan Kepala Dinas Kabupaten Indramayu, Ali Hasan. Kepala dinas pun sudah mengingatkannya tentang juklak dan juknis dalam proyek itu.
Lebih lanjut Suprayogi mengungkapkan, meski merasa tertipu, namun dirinya belum berencana untuk melapor ke polisi dalam waktu dekat ini. Dia masih menunggu kontraktor lainnya. "Masih menunggu teman-teman," kata Suprayogi.
Suprayogi berharap, pemerintah daerah bisa membantu menyelesaikan kasus tersebut. Apalagi, proses pembangunan ruang kelas baru di sejumlah sekolah sudah berjalan.