REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengimbau warga Kota Pahlawan, Jawa Timur, mewaspadai dampak yang ditimbulkan dari datangnya musim pancaroba atau pergantian musim kemarau ke musim hujan.
"Mendekati musim hujan saya berharap seluruh warga itu mengecek semua instalasi listrik-listrik itu, ngecek talang-talang (atap) semua supaya tidak bocor, ngecek kaleng-kaleng itu, biasanya nyamuk-nyamuk datang ketika musim hujan," kata Wali Kota Risma, di Surabaya, Kamis (24/10).
Menurut dia, dampak yang ditimbulkan dari datangnya musim pancaroba ini tidak bisa diprediksi sebelumnya. Salah satunya adalah datangnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Risma mengimbau kepada seluruh masyarakat agar mewaspadai potensi-potensi yang dapat menimbulkan dampak negatif dari datangnya musim pancaroba ini, seperti kebakaran akibat korsleting listrik, kebocoran atap rumah, hingga datangnya penyakit DBD.
Selain itu, Wali Kota Risma juga menyampaikan kepada masyarakat agar mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan ketika berkendara di saat turun hujan. Untuk itu, ia meminta kepada masyarakat agar membawa jas hujan setiap saat.
"Karena itu kita harus tahu benar bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik. Tidak usah malu sekarang ini pakai jas hujan, jangan sampai kemudian waktu kita terbuang untuk ngiyup (berteduh), untuk berhenti. Tapi kalau hujan itu deras dan menghalangi pandangan, baru tidak apa-apa (berteduh)," ujarnya.
Ketua Komisi D Bidang Kesrah DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah sebelumnya juga mengimbau kader ibu pemantau jentik atau dikenal bumantik agar bisa mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat sekitar agar lebih peduli terhadap DBD.
"Menurut saya tugas kader bumantik tidak hanya memantau jentik, namun harus bisa mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat sekitar agar lebih peduli terhadap bahaya DBD," katanya.
Tentunya, lanjut dia, para kader bumantik membutuhkan sebuah teknik dan pendekatan tersendiri jika melakukan sosialisasi soal bahaya DBD di lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan agar apa yang disampaikan bumantik itu bisa diterima masyarakat.
Selain itu, dibutuhkan kerja sama serta kepedulian dari masyarakat. Hal itu bisa dimulai dari hal kecil, misalnya membuka pintu jika juru pemantau jentik (Jumantik) atau bumantik datang untuk memeriksa rumah mereka.