REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kepresidenan, Fadjroel Rachman, mengakui bahwa kedatangan Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia (Tetty) Paruntu didasari undangan dari pihak Istana.
Tetty, jelas Fadjroel, diundang melalui pesan Whatsapp sebagai calon menteri. Namun keputusan ini berubah di detik-detik terakhir menjelang Tetty bertemu langsung dengan Jokowi.
"Ada sejumlah pertimbangan terkait prinsip kehati-hatian. Terutama soal pemanggilan beliau (oleh KPK)," ujar Fadjroel di Istana Negara, Selasa (22/10).
Tetty memang pernah diperiksa sebagai saksi terkait kasus yang menimpa Bowo Sidik Pangarso, politisi Partai Golkar. Fadjroel menyebutkan, Presiden Jokowi menginginkan seluruh calon menteri memiliki rekam jejak yang bersih, termasuk soal keterlibatan dalam kasus korupsi.
"Ada koordinasi dengan pihak partai. Terus kemudian ada informasi datang, kemudian dalam membentuk kabinet penuh kehati-hatian," kata Fadjroel.
Dalam pemilihan susunan kabinet kali ini, Fadjroel menyebutkan bahwa presiden mengedepankan prinsip kehati-hatian. Presiden sendiri dibantu oleh tim yang dibentuknya dalam memeriksa latar belakang masing-masing calon.
Sebelumnya, Tetty tiba di Istana Negara pada Selasa (21/10) pagi setelah kedatangan Mahfud MD. Tetty yang mengenakan kemeja putih langsung masuk ke istana tanpa memberikan keterangan kepada awal media.
Namun, diketahui, Tetty keluar kompleks istana melalui pintu samping setelah dirinya bertemu dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Tetty disebut urung bertemu Jokowi setelah pertemuan dengan Airlangga.