Jumat 11 Oct 2019 10:46 WIB

RS Jiwa Jabar Mulai Kebanjiran Pasien Anak

Pasien anak yang datang berobat alami gangguan jiwa akibat gawai.

Anak main gadget. Ilustrasi
Foto: Malaytimes
Anak main gadget. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengungkap, beberapa tahun terakhir ini mulai menerima pasien anak penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Menurut pihak rumah sakit, pasien anak bisa menderita gangguan jiwa yang diakibatkan oleh penggunaan gawai yang berlebihan.

Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat dr Elly Marliyani, dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, Kamis (10/10), mengatakan, walaupun pihaknya belum mengantongi data pasti jumlah pasien anak ke rumah sakit jiwa tapi fenomena tersebut sudah terjadi. Bahkan, kata Elly, hal tersebut kasus anak ODGJ akibat penggunaan gawai berlebihan berpotensi meningkat jika tidak ditangani dan menurut prevalensi yang ada satu dari sepuluh orang mengalami ODMK.

Baca Juga

"Biasanya ODGJ maupun ODMK (orang dengan masalah kejiwaan) dialami remaja yang masuk pada umur 15 tahun tapi dengan perkembangan zaman seperti sekarang terdapat anak kecil yang bahkan sudah dimasukkan ke rumah sakit jiwa," kata dia.

Dia menuturkan, sudah banyak orang tua yang membawa anak mereka untuk direhabilitasi ke RSJ Provinsi Jawa Barat akibat kecanduaan gawai. "Anak-anak ini ada yang berumur lima tahun ada juga yang delapan tahun," ujar dia.

Dia mengatakan, potensi ini semakin besar salah satunya dipengaruhi penggunaan gadget dan para orang tua sekarang sudah banyak yang memberikan gadget kepada anak mereka. Pemberian ini dilakukan awalnya agar anak bisa bermain tanpa mengganggu kegiatan orang tua dan sayangnya penggunaan ini kemudian membuat anak menjadi kecanduan.

"Jika gadget dipakai berlebihan dan menjadi ketergantungan bisa mengganggu jiwa anak tersebut," ujar Elly.

Pihaknya memberikan contoh, saat pemadaman listrik pada Agustus lalu, ada anak kecil yang marah kepada orang tuanya karena tidak bisa bermain gawai. "Saat mati lampu anak tersebut enggak bisa diberitahu ngamuk hancurkan pintu itu hal yang tidak diduga. Anak sekecil itu gara-gara handphonenya tidak bisa dicharge," kata dia.

Elly pun menegaskan, hal itu bisa dicegah dari awal. Gawai kembalikan pada fungsinya. "Apakah anak sudah harus gunakan gadget. Berikan gadget pada anak sesuai dengan usianya. Selain itu aktifkan bermain dengan seusianya dan permainan tradisional," ucap dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement