Rabu 09 Oct 2019 14:52 WIB

Kronologis Versi PA 212, Ninoy Cium Tangan Ustaz Bernard

PA 212 menilai Ustaz Bernard melindungi Ninoy dari amukan massa.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif.
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Persaudaraan Alumni (PA) 212 Ustadz Bernard Abdul Jabbar telah resmi ditetapkan sebagai tersangka atas penganiayaan terhadap pendukung Joko Widodo Ninoy Karundeng.

Namun PA 212 membantah Bernard terlibat dalam penganiayaan terhadap pegiat media sosial tersebut. Justru Bernard dianggap menyelamatkan Ninoy dari amukan massa.

Baca Juga

"Kami mencium ada indikasi diduga upaya pembusukan dan pencemaran nama baik PA 212 secara sistematis dan terorganisir," ujar Ketua Umum PA 212, Slamet Ma'arif saat jumpa pers di Kantor Sekretariat PA 212, Jakarta Timur, Rabu (9/10).

Slamet Ma'arif juga menceritakan kronologis keberadaan Bernard di Masjid Al-Falah Penjompongan, yang diduga menjadi tempat penganiayaan terhadap Ninoy.  Pada Senin (30/10) siang hingga pukul 17.00 WIB Bernard berobat ke klinik dr Solihin di Rawa Lumbu. Kemudian pulang ke rumah, sampai di rumah mendapat info bahwa anaknya ikut aksi bersama mahasiswa.

"Ustadz Bernard dan istri jam 19.00 mencari anaknya ke arah Senayan. Ditengah jalan ada info banyak korban mahasiswa dan pelajar di Masjid Al Falah," jelas Slamet Ma'arif.

Kemudian Bernard bersama istrinya menuju masjid Al-Falah karena di mobil ada peralatan medis P3K seperti, perban, Betadine, oksigen dan lainnya.

Setelah sampai di Masjid Al falah Ust Bernard dan istri membantu korban yang ada dengan P3K. Ketika tengah membantu korban tiba-tiba Bernard mendengar keributan bahwa ada penyusup yang dihakimi masa.

"Spontan Bernard menyelamatkan dan melindungi yang diduga penyusup bernama "Ninoy" dari amukan masa, bahkan menasehati untuk jangan keluar dulu karena berbahaya sebab diluar masa masih marah," terang Slamet Ma'arif.

Tidak hanya itu, sambung Slamet Ma'arif, Ninoy berterima kasih dan mencium tangan Bernard. Setelah itu Ninoy diajak duduk dan istirahat dengan kondisi aman. Setelah aman sekitar jam 03.00 WIB Bernard pulang ke rumah. Oleh karena itu, ia merasa heran jika Ninoy mengaku diculik terus dianiaya.

"Aneh kalau diculik, masa pulangnya diantar, dikasih makan, bisa istirahat pula. Ini tugas kepolisian untuk menyelidiki dengan benar terhadap keterangan Ninoy yang sebenarnya," tutur Slamet Ma'arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement