REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Puluhan ibu dan mahasiswi yang menamakan diri Gerakan Perempuan dan Rakyat Riau Melawan Asap, berunjuk rasa di halaman Kantor Gubernur Riau di Kota Pekanbaru, Selasa (24/9) sore. Mereka memprotes lambannya pemerintah daerah menuntaskan masalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Ini pertama kalinya para ibu atau emak-emak sampai menggelar demo di Pekanbaru terkait karhutla, setelah sebelumnya aksi massa selalu dilakukan oleh mahasiswa. Kehadiran gerakan perempuan tersebut menarik perhatian warga pengguna jalan dan wartawan, karena emak-emak turun ke jalan membawa perlengkapan masak seperti panci dan penggorengan.
Mereka juga menenteng rangkaian huruf-huruf yang bertuliskan "STOP ASAP". "Masalah kesehatan muncul akibat bencana asap, rakyat juga harus dihadapkan dengan masalah ekonomi yang semakin memprihatinkan. Rakyat terbatas menjalankan aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup, biaya listrik membengkak, anak-anak tidak dapat sekolah dan bebas bermain," kata koordinator lapangan, Helda Khasmy dalam orasinya.
Para emak-emak juga menilai Gubernur Riau Syamsuar lamban dalam penanganan karhutla, dan baru bergerak ketika asap sudah pekat dan banyak warga sakit. Pemerintah juga dinilai hanya berusaha memadamkan api, bukan mencari solusi penyebab sebenarnya terjadinya karhutla.
"Kami meminta pemerintah segera padamkan api, dan selamatkan korban asap di desa dan di kota, dan segera bangun pusat rehabilitasi korban asap," katanya.
Demonstran juga mendesak Gubernur Riau yang juga menjabat Komandan Satgas Karhula Riau, untuk menindak tegas perusahaan-perusahaan yang diduga membakar lahan, hentikan kriminalisasi terhadap petani kecil, dan laksanakan reformasi agraria untuk membangun industri nasional.
"Tangkap dan adili perusahaan-perusahaan besar perkebunan yang melakukan pembakaran lahan," katanya.
Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution, menemui kaum ibu yang berunjuk rasa tersebut dan menyatakan Satgas Karhutla Riau sudah melakukan berbagai cara untuk memadamkan karhutla dan mengatasi dampak asap. Ia mengatakan satgas berulang kali sudah melakukan modifikasi cuaca untuk hujan buatan, namun hasilnya belum optimal karena awan ditutupi asap sehingga hujan hanya turun di beberapa daerah.
"Saya ajak ibu-ibu untuk ikut membantu doa supaya cepat turun hujan, karena doa ibu-ibu ini biasanya makbul (dikabulkan)," kata Edy.
Untuk penegakan hukum, ia mengatakan satgas melalui Kapolda Riau sudah menetapkan 59 tersangka termasuki tiga di antaranya korporasi. "Lahan yang terbakar juga sudah dipasang police line dan dilarang penamanam. Kalau ada yang ditanami, maka merekalah pelaku (pembakaran) atau melalui tangan orang lain," katanya.