Ahad 18 Aug 2019 13:45 WIB

Sedekah Budaya Lembah Rawa Tarik Wisatawan ke Semarang

Sedekah budaya khas dilaksanaan di Bawen, Ambarawa, Banyubiru serta Kecamatan Tuntang

Rep: Bowo S Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Kereta Api yang ditarik Lokomotif Uap Antik melintas di persawahan tepi danau Rawapening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (23/7). Kereta api ini khusus disediakan PT KAI daop 4 mengangkut anak- anak murid TK Islam Terpadu Assalam, Ambarawa dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Kereta Api yang ditarik Lokomotif Uap Antik melintas di persawahan tepi danau Rawapening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (23/7). Kereta api ini khusus disediakan PT KAI daop 4 mengangkut anak- anak murid TK Islam Terpadu Assalam, Ambarawa dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN--Sedekah Budaya Lembah Rawa (SBLR) bisa menjadi atraksi budaya yang mampu menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan ke Kabupaten Semarang. Atraksi budaya tahunan dalam menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI ini bahkan berpotensi menjadi agenda budaya seperti halnya Festival Lima Gunung di Kabupaten Magelang.

“Hingga penyelenggaran tahun ke-dua, animo masyarakat dan kelompok kesenian untuk berpartisipasi dalam SBLR yang diinisiasi oleh Komunitas Rawapening ini cukup besar,” ungkap Ketua Komunitas Rawapening, Heru Sulistyo, di sela kegiatan SBLR 2 tahun 2019, di Dusun Sepakung Krajan, Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Ahad (18/8).

Menurut Heru, sedekah budaya ini menjadi salah satu manifestasi dari kearifan lokal –khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar Rawapening. Yakni meliputi Kecamatan Bawen, Ambarawa, Banyubiru serta Kecamatan Tuntang. Penyelenggaraannya pun tiap tahun dilaksanakan berpindah- pindah di wilayah empat kecamatan tersebut.

Pada penyelenggaraan tahun kedua ini SBLR dihelat di Kecamatan Banyubiru, yang dipusatkan di Desa Sepakung yang diikuti tak kurang 25 kelompok kesenian tradisional sekitar Rawapening hingga pelaku seni budaya dari luar Kabupaten Semarang.

Dibandingkan dengan penyelenggaraan sebelumnya, partisipasi para pelaku seni dan budaya pada penyelenggaraan tahun kedua yang dilaksanakan di panggung terbuka lembah unung Telomoyo ini kian bertambah gregetnya. “Diluar seni dan kebudayaan yang hidup di tengah- tengah masyarakat sekitar Rawapening, partisipasi pelaku seni dari luar Kabupaten Semarang pun semakin positif,” ucap dia.

Bagi Heru ini bukan sekadar menunjukkan semangat komunitas masyarakat sekitar Rawapening untuk nguri- uri (melestarikan; red) kesenian dan budaya yang hidup di tengah- tengah mereka. Lebih dari itu, keragaman ini bisa menjadi indikator bahwa atraksi budaya yang potensial guna menarik kunjungan wisatawan ke Kabupaten Semarang.

Selama dua hari, Sabtu (17/8) hingga Ahad ini, panggung terbuka SBLR menggelar ragam kesenian tradisional dan budaya lokal dan sejumlah kesnian yang kini kian ditinggalkan oleh jaman. “Seperti seni rhodat, wayang kancil, glenikan, kotekan lesung dan lainnya,” kata Heru yang juga inisiator kegiatan SBLR ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement