Selasa 06 Aug 2019 16:13 WIB

Wasiat Terakhir Mbah Moen kepada Megawati Soekarnoputri

Mbah Moen menyatakan komitmennya yang begitu kuat terhadap Pancasila.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Pengasuh Ponpes Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Kabupaten Rembang, KH Maimoen Zubair
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Pengasuh Ponpes Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Kabupaten Rembang, KH Maimoen Zubair

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menerima pesan dari KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen mengenai Indonesia. Mbah Moen menyampaikan pesan tersebut kepada Megawati sebelum berangkat berangkat ibadah haji. 

Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Mbah Moen dan Megawati bertemu lebih dari dua jam sebelum berangkat Ibadah Haji. Dalam kesempatan itu, Hasto mengatakan, Mbah Moen menyampaikan wasiat terakhir kepada putri presiden pertama tersebut.

Baca Juga

"Mbah Moen menyatakan komitmennya yang begitu kuat terhadap Pancasila. Tanpa Pancasila tidak ada NKRI," kata Hasto menirukan apa yang disampaikan Mbah Moen kepada Megawati saat itu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (6/8)

Mantan sekretaris tim pemenangan Jokowi itu mengungkapkan, saat itu Megawati merasakan Mbah Moen tampil dengan penuh kebijaksanaan dan membahas hal-hal fundamental terhadap berbagai persoalan bangsa. Bahkan, Hasto melanjutkan, Megawati sudah merasakan bahwa pesan-pesan yang disampaikan sangat khusus. 

Pesan terakhir itu disampaikan Mbah Moen kepada Megawati sambil disaksilan kedua putra Mbah Moen, salah satunya Gus Yasin. Karena itu, Megawati pun kehilangan atas kepergian KH Maimoen Zubair. Presiden kelima RI itu diketahui memang memiliki hubungan dekat dengan Kiai Maimoen atau Mbah Moen.

Hasto mengatakan, Megawati nampak sangat berduka serta tidak mampu manahan kesedihan mendalam saat mendengar kepergian Mbah Moen. Mendengar kabar duka, Megawati segera mendoakan Mbah Moen.

"Beliau memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar almarhum husnul khatimah," doa Megawati sebagaimana diungkapkan Hasto Kristiyanto.

Hasto mengatakan, Megawati Soekarnoputri dan keluarga besar PDIP berduka cita mendalam dan sangat kehilangan sosok ulama karismatik yang benar-benar menjadi sumber ketaladan moral tersebut. Dia mengatakan, Megawati juga telah memberikan arahan kepada seluruh anggota dan kader PDIP untuk meneladani sosok Mbah Moen.

"Pak Ganjar Pranowo secara khusus diberikan instruksi untuk memberikan penghormatan terbaik di kediaman beliau, dan memberikan dukungan sepenuhnya kepada seluruh ahli waris yang tengah berduka," kata Hasto.

Mbah Moen mengembuskan nafas terakhirnya pada usia 90 tahun sekitar pukul 04.00 waktu setempat di Makkah. Ulama khasrismatik kelahiran 28 Oktober 1928 itu wafat saat sedang menjalankan ibadah Haji di Tanah Suci.

Mbah Moen rencananya akan dimakamkan di kompleks pemakaman Ma’la, Makkah. Hal itu sesuai dengan keinginan Ketua Majlis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut semasa hidupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement