Rabu 31 Jul 2019 05:59 WIB

Sejumlah Pelajar Aceh Barat Pingsan Hirup Asap Karhutla

Pelajar Aceh pingsan hirup asap kebakaran hutan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Subarkah
Sejumlah pelajar menembus kabut asap saat menuju ke sekolah mereka di kawasan jalan Desa Suak Timah, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Selasa (30/7/2019).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Sejumlah pelajar menembus kabut asap saat menuju ke sekolah mereka di kawasan jalan Desa Suak Timah, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Selasa (30/7/2019).

ACEH BARAT – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang belum kunjung tertangani di sejumlah daerah mulai menimbulkan kabut asap yang mengganggu masyarakat. Sejumlah pelajar di Aceh Barat dilaporkan pingsan akibat pekatnya kabut asap di kabupaten tersebut pada Selasa (30/7).

Para siswa yang pingsan tersebut merupakan murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1 Aceh Barat di Balee dan SMA Samatiga, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat. Sebanyak delapan siswa dilarikan ke Puskesmas Cot Seumereung, Samatiga, untuk mendapatkan penanganan medis.

Pihak sekolah menerangkan, enam siswa di MTs 1 Aceh Barat pingsan saat mengikuti baris-berbaris pada pagi hari sebelum masuk ke kelas. Para guru dan petugas medis kemudian melarikan lima siswi dan satu siswa itu ke Puskesmas Cot Siemureung, Kecamatan Samatiga, untuk mendapatkan penanganan medis. Siswa-siswi tersebut diketahui memiliki riwayat sakit asma.

Karhutla di Aceh Barat terjadi sejak dua pekan belakangan. Upaya pemadaman yang dilakukan belum juga berhasil meredakan kebakaran. Sementara, dua hari belakangan, karhutla tersebut menguarkan kabut asap pekat, terutama di Kecamatan Samatiga.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Barat telah mengimbau kepada orang tua di daerah itu agar melarang anak-anak beraktivitas atau bermain di luar rumah.

"Mengapa kita larang? Karena anak-anak sangat rentan terjangkit penyakit infeksi saluran pernapasan dan menyebabkan gangguan kesehatan, khususnya di bagian tenggorokan. Ini berbahaya," kata Kepala Dinkes Aceh Barat Syarifah Junaidah di Meulaboh.

Menurut dia, kalangan anak-anak, balita, dan batita lebih cepat terdampak sebaran kabut asap. Karena imunitas mereka masih sangat lemah jika dibandingkan dengan imunitas orang dewasa. Agar mampu mempertahankan imunitas dan kesehatan, Dinkes setempat mengimbau masyarakat untuk lebih banyak dan sering mengonsumsi air putih, makan buah-buahan segar, sayuran, serta memenuhi asupan gizi empat sehat lima sempurna.

Kabut asap karhutla juga menyelimuti Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, sejak Selasa pagi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan, asap atau jerubu yang memenuhi udara berasal dari kebakaran lahan di Kabupaten Pelalawan.

“Karena data hotspot (titik panas) terbanyak di Pelalawan, dan lokasinya terdekat dari Pekanbaru. Arah angin ke Pekanbaru dari arah tenggara dengan kecepatan 10 sampai 30 kilometer per jam,” kata staf analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Yasir, kemarin.

Ia mengatakan, jarak pandang menurun akibat asap tersebut, tetapi belum ada laporan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II terganggu. Ia menerangkan, sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB, jarak pandang mencapai 4-5 kilometer.

Berdasarkan data BMKG Pekanbaru dari pantuan citra satelit Terra/Aqua pada pukul 06.00 WIB terdapat 138 titik panas terpantau di Sumatra yang menjadi indikasi awal karhutla. Provinsi Riau menyumbang paling banyak dengan 60 titik, diikuti Jambi 30 titik dan Bangka Belitung 16 titik.

Jumlah titik panas di Riau paling banyak di Kabupaten Pelalawan, yaitu 30 titik, kemudian Indragiri Hilir (Inhil) 15 titik, Rokan Hilir (Rohil) 8 titik, Bengkalis dan Indragiri Hulu (Inhul) masing-masing 2 titik, lalu Kampar, Kuantan Singingi (Kuansing), dan Siak masing-masing 1 titik.

Dari jumlah tersebut, ada 33 titik yang teridentifikasi sebagai titik api (firespot). Titik terbanyak terdapat di Pelalawan, 19 titik, Rohil dan Inhil masing-masing 5 titik, Bengkalis 2 titik, serta Kampar dan Inhu masing-masing 1 titik.

Ini adalah ketiga kalinya dalam sepekan terakhir Kota Pekanbaru diselimuti kabut asap karhutla. Sebelumnya, Pekanbaru hanya diselimuti asap tipis pada pagi hari dan berangsur hilang ketika siang hari. Namun, hingga sekitar pukul 10.40 WIB kemarin, kabut asap masih pekat menyelimuti Pekanbaru.

Hingga kemarin, jumlah titik api tahun ini diklaim meningkat hingga 70 persen daripada tahun lalu. Nmaun, kasus karhutla tahun ini diperkirakan tak separah pada 2015.

Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak bencana Kementerian Kordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Dody Usogo, mengatakan, angka titik panas bakal meningkat seiring intensitas kemarau. Titik api belum mereda karena Agustus diramalkan menjadi puncak kemarau.

"Berdasarkan hasil pemantauan KLHK, ini terjadi peningkatan hotspot. Sampai dengan akhir bulan Juli ini, titik panas sudah ditemukan 70 persen lebih dibanding tahun 2018 karena memang kemarau sekarang ini akan melebihi kemarau tahun lalu,\" katanya dalam konferensi pers mengenai kesiapsiagaan mengantisipasi musim kemarau dan karhutla pada Selasa.

Tercatat, ada enam provinsi yang sudah menetapkan siaga darurat karhutla, yaitu Riau, Kalbar, Sumsel, Kalteng, Kalsel, dan Jambi. Dody menyampaikan, status siaga darurat karhutla sudah ditindaklanjuti dengan mengaktifkan satgas penanggulangan bencana karhutla. "Ini solusi yang dikeluarkan oleh BNPB dengan kekuatan 1.502 personel gabungan," ujarnya.

Tidak panik

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi prediksi lonjakan titik api. Ia meyakini, kasus karhutla tahun ini tidak bakal serupa dengan yang terjadi pada 2015. Saat itu karhutla menyita perhatian internasional karena menimbulkan kabut asap teramat parah. "Sekarang El Nino lemah, potensi ancaman tidak sebesar itu," ucapnya.

Walau begitu, kasus karhutla 2015 menjadi pengalaman berharga bagi BMKG. Penanganan karhutla pun dapat menjadi lebih baik tahun ini. "Dari situ kita belajar, 2015 kemarin jadi titik balik. Koordinasi kita diperbaiki untuk antisipasi. Sejak itu jumlah karhutla makin turun dan kesiapan digencarkan," tuturnya.

Diketahui, jumlah titik api pada 2015 mencapai 84.724 yang tersebar se-Indonesia. Jumlah itu turun drastis ke angka 11.045 titik pada 2016 dan 6.540 titik pada 2017. Kemudian, titik api kembali naik hingga 26.576 pada 2018. Menurut pendataan hingga 29 Juli 2019, titik api baru mencapai 2.495.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement