REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) diminta lebih mengutamakan keahlian dan kemampuan dalam memilih menteri untuk kabinetnya di periode mendatang. Menurut Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Prof Maswadi Rauf, pertimbangan kapasitas dan kemampuan menteri sangat dibutuhkan daripada melihat dari sisi latar belakang politik.
"Saya pikir presiden harus mementingkan keahlian, sebab kalau menteri nggak ahli, dia tidak akan bisa buat apa-apa, kalau Jokowi pengin kerja, kerja, kerja, ya jangan sembarangan kerja tapi kerja berdasarkan keahlian," ujar Maswadi saat dihubungi wartawan, Senin (1/7).
Maswadi tidak menampik keberadaan dukungan partai politik berperan dalam keterpilihan Jokowi-Ma'ruf, sehingga menjadi pertimbangan Jokowi dalam mengisi menteri-menteri di kabinetnya. Namun, ia menilai sebaiknya Jokowi tetap menjadikan keahlian sebagai pertimbangan utama, baru setelahnya latarbelakang parpol.
"Dinomor duakan, sebab dia kan juga tidak bisa mengabaikan dukungan politik dari parpol-parpol itu, jadi dalam memilih itu yang pertama adalah profesionalisme, kedua dukungan parpol," ujar Maswadi.
Menurut Maswadi juga, sebaiknya dikotomi menteri dari kalangan parpol maupun profesional dihilangkan saat menyusun kabinet. Ia menilai, Jokowi dapat menggabungkan antara profesional dan latarbelakang partai politik.
"Seharusnya bisa digabungkan, sebab orang partai juga kan ada profesional. jadi jangan dipilih semata-mata karena partai, tapi juga karena keahlian dan profesinya, karena kalau menterinya nggak ngerti persoalannya, gimana ngelolanya,
"Jadi pilih dari parpol itu yang ahli, profesional, yang memahami lingkungan kerjanya itu," ujar Maswadi.