Kamis 20 Jun 2019 18:23 WIB

Wisata Kota Malang Harus Miliki Merek Sendiri

Kota Malang terus tingkatkan wawasan dan keahlian para pengelola wisata.

Pengunjung melihat pemandangan di kampung Warna-Warni, Jodipan, Malang, Jawa Timur, Selasa (7/5/2019).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pengunjung melihat pemandangan di kampung Warna-Warni, Jodipan, Malang, Jawa Timur, Selasa (7/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pakar komunikasi dan public relationsdari Universitas Brawijaya (UB) Malang Maulina Pia Wulandari, Ph.D menyarankan objek wisata yang tersebar di Kota Malang harus punya merek tersendiri. Tujuannya agar wisatawan mengenal destinasi wisata tersebut.

"Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan oleh para pengelola destinasi wisata untuk menciptakan brand awareness, yaitu keunggulan produk, penerapan strategi komunikasi pemasaran yang terpadu, serta sarana dan prasarana pendukung operasional pariwisata," kata Pia di Malang, Jawa Timur, Kamis (20/6).

Baca Juga

Selain itu, kata Pia, objek wisata harus punya ciri khas yang unik dan spesifik. Jangan sama dengan objek wisata lain dan harus diperkenalkan kepada masyarakat dengan strategi komunikasi pemasaran terpadu. Yaitu mulai dari iklan, publisitas, kegiatan yang mengajak pengunjung merasakan dan memiliki pengalaman yang indah tentang objek wisata yang dikunjungi, serta didukung dengan fasilitas yang baik pula.

Pia menyarankan pengelola wisata juga membuat acara-acara yang menghadirkan pengalaman baru bagi pengunjung. "Jadi mereka selalu mengingat pengalaman datang ke tempat wisata yang ditawarkan," ucapnya.

Menurut Pia, pengelola wisata harus memiliki perhatian utama pada destinasi wisata dan infrastruktur penunjang pariwisata yang ada. Jangan lupakan hal mendasar yang cukup penting namun sering dilupakan, yakni pelayanan pelanggan yang berkualitas.

"Pelayanan itu mulai dari tukang parkir, toilet, penjaga karcis, hingga pemandu wisata harus dapat memberikan pelayanan yang prima. Jangan sampai judes kepada pengunjung. Bagaimana cara menanggapi keluhan pelanggan juga harus dipahami oleh pengelola wisata," paparnya.

Selain itu, lanjutnya, di era digital saat ini, pengelola wisata harus melek dan mengetahui tren seperti apa yang berkembang di masyarakat. "Ajak content creator dan influencer di media sosial untuk mengunjungi destinasi wisata di daerah ini," ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan wawasan dan keahlian para pengelola wisata di Kota Malang. Harapan destinasi wisata lebih meningkat kreativitasnya serta mampu melahirkan ikon yang menjadi kekhasan Kota Malang.

"Industri pariwisata yang salah satunya sentra industri akan dikuatkan sebagai wisata edukasi, seperti keramik, gerabah, rotan, tempe, dan olahan buah," ujar Ida.

Destinasi wisata di Kota Malang terbagi dalam tiga kategori, yakni kategori berkembang, mulai berkembang dan rintisan. Ida mengakui lokasi wisata di Kota Malang belum memenuhi standar internasional, namun sedang menuju ke sana. "Kami ingin tamu atau wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Malang terus meningkat. Oleh karena itu, semua harus dimulai dari sekarang, kalau tidak kami mulai tidak akan jadi," tuturnya.

Selain meningkatkan wawasan dan keteram[pilan para pengelola wisata, Disbudpar juga menggelar pelatihan bagi pemandu wisata yang nantinya mereka wajib menggunakan bahasa Inggris dalam melayani tamu-tamu internasional (asing).

Meski Kota Malang sebagai kota wisata tidak memiliki objek wisata alam, Kota Malang memiliki 20 kampung tematik dengan 14 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Kampung tematik yang ada di Kota Malang di antaranya Kampung Warna Warni Jodipan, Kampung Budaya Polowijen, Kampung Tridi, Kampung Biru Arema, Kampung Gribig Religi, Kampung Putih, Kampung Keramik Dinoyo, Kampung Kramat, serta yang terbaru Kampung Heritage Kayutangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement